Tertutuplah sudah celah selubang jarumpun untuk tetap berkiprah di panggung kekuasaan bagi dirinya. Namun iblis yang telah bersemayam dalam hati terus menggoda, usahlah dikau putus asa dinda. Jangan buru-buru meredam bara nafsu di dadamu yang terus menggelinjang. Â Toh ada pesta rutin lima tahunan yang sebentar lagi datang, kau bisa titipkan cita-citamu yang mulia kepada calon raja baru yang mesti dipersiapkan.Â
Maka semangat raja bangkit lagi.
Dengan piawai ia memainkan peran, seperti aktor dalam drama Korea. Dengan licinnya ia berucap di depan rakyat, mengendors calon-calon pengganti raja selanjutnya. Jika ia bertemu itu akan bilang begitu, jika sedang berjalan dengan ini ia akan bilang begini. Karakter uniknya muncul lagi, pendiriannya sulit ditebak, mencla-menclenya kambuh lagi. Banyak pengikutnya bingung, kemana sebenarnya arah condongnya hati rajanya.
Ternyata sang raja punya agenda sendiri. Rakyatpun curiga langkahnya semata-mata hendak mengejar mimpinya semula, memperpanjang masa kuasa di negeri Konoha.Â
Diam-diam raja menggerakkan tangan gaibnya. Dalam ruang gelap-gulita nan sunyi senyap, raja berbisik di telinga iparnya, agar ipar tercinta ikut andil memuluskan jalan rahasia bagi pangeran, dengan cara mengubah aturan syarat pencalonan usia calon wakil raja.
Rakyat terhenyak, cerdik pandai terpana. Aturan yang telah baik dan rapi diobrak-abrik hanya untuk ambisi sang raja. Namun mereka diam, tak bisa bicara dan menolaknya. Keputusan Majelis Kakak itu bersifat tegas dan mengikat. Meski hati pedih dibohongi raja mereka tak banyak berbuat menolaknya. Raja dengan santai melenggang bersama para pengikutnya, sambil mengeraskan hati dalam prinsip;Â biar seribu anjing menggonggong tak akan dihiraukannya.
Sang pangeran kini telah sah jadi calon wakil raja. Usianya yang muda membawa banyak harapan. Dengan gegap gempita para buzzer melambungkan namanya. Sang pangeran meski sangat muda tak kalah cerdas dan pintar. Ia berkaromah seperti wali, bola bakso dipegangnya berubah jadi emas. Itulah sebabnya kawula di daerah kepangeranannya bisa hidup sejahtera.
Seperti balon yang ditiupkan udara ke dalamnya, hati pangeran menggelembung. Bocil yang belum berpengalaman banyak di panggung politik itu, melambung-lambung angannya. Wajahnya cerah, dihiasi mata sayu dan senyum manis yang khas selalu tersungging di bibirnya. Keberaniannya terpompa melebihi daya tampung hati dan pikiran. Dalam panggung kampanye dengan congkaknya berujar.
"Jangan kawatir pak. Saya sudah di sini." Seolah-olah ia merasa dirinya telah menjadi raksasa yang akan mampu mengatasi segala aral yang melintang di jalan menuju kekuasaan.
Calon raja baru itu dianggapnya tolol, tak akan mampu berbuat apa-apa tanpa dirinya di sampingnya. Tak tahu bahwa calon raja baru itu telah menelan banyak buku di kepalanya. Pahit getir kehidupan telah banyak pula dikenyamnya. Jiwanya telah matang untuk menghadapi halang rintang di depannya. Ia pandai merespon dinamika politik dan kejiwaan orang-orang dilingkungannya, untuk dituang dalam konsep taktik dan strategi memenangkan pertarungan.
Sang raja hatinya gembira, harapannya bersemi kembali. Calon raja baru sudah senja usia, paling lama tiga tahun ia akan lengser meninggalkan kursi kuasa. Pangeran sulung akan marak menggantikannya.Â