"Lantas apa rencanamu Tumambong ?" Tanya Soma Gedeg.
"Melenyapkan pemuda itu dari atas bumi." Jawab Dyah Tumambong tegas.
"Tapi tidak termasuk gadis itu bukan ?" Kata Soma Gedeg bercanda.
Semua yang mendengarnya tertawa. Bagi kaum Bhairawa Tantra wanita adalah sesuatu yang menarik, meski sering kali mereka membunuhnya setelah upacara Panca Makara Puja selesai. Bahkan sebelum upacarapun kadang mereka telah menghembuskan nafas terakhir, karena tak kuat meladeni belasan bahkan puluhan lelaki yang menyenggamainya dengan brutal setelah mabuk tuak.
"Aku minta Kakang Soma Gedeg melakukan tugas ini. Aku tidak yakin pemuda bau kencur itu telah menguasai semua ilmu gurunya. Cegat mereka di hutan sebelah selatan dusun Jungabang. Tangkap ia hidup-hidup, aku sendiri yang akan memenggal lehernya." Kata Dyah Tumambong.
"Baik adi mumpung macan itu masih kecil, kita lenyapkan saja. Tapi sesajennya harus genap..hahaha" kata Soma Gedeg.
Dyah Tumambong membuka saku bajunya, dan mengambil kampil berisi keping logam di dalamnya.
"Ini sekampil untukmu Kakang. Isinya tiga puluh keping emas." Jawab Dyah Tumambong.Â
Semua yang mendengar kata Dyah Tumambong terhenyak. Betapa mahal harga leher pemuda itu. Namun mereka akhirnya manggut-manggut mengerti, tentu Sekar Arum, gadis yang diincarnya sangat istimewa.
Demikianlah pembicaraan di gubug bambu, tempat tinggal Soma Gedeg itu, akhirnya berakhir. Dyah Tumambong segera berdiri dan melangkah keluar pintu. Lelaki itu menghampiri kudanya dan segera memacunya kembali ke istana Giriwana.
*****