Adakah Pangeran Erlangga tidak ingin menjadi raja ? Tetapi justru bercita-cita menjadi pertapa suci ? Entahlah. Gadis itu tentu tidak mengerti pikiran apa yang bersemayam dalam kepala menantu Prabu Dharmawangsa itu.
Di depan gapura padureksa Sembada dan Sekar Arum berhenti sebentar. Mereka memandang keindahan bangunan yang terbuat dari batu kali itu. Betapa megah, terukir rumit, dan indah.
Bangunan gapura itu cukup tinggi, mungkin lebih dari sepuluh tombak. Berdiri di atas tanah yang juga lebih tinggi dari wilayah Madya Mandhala. Untuk masuk pintu gapura yang cukup sempit itu harus naik lewat sebuah selasar berundak, yang diapit oleh dua lidah tangga yang halus. Masih ada tangga pendek di depan pintu gapura itu. Itulah bagian lantai bangunan.
Badan bangunan adalah tiang batu penyangga atap gapura. Sedikit dari ujung atas tiang terdapat hiasan sulur tanaman, sehingga tangga terkesan tidak terlalu tinggi.
Sebuah relif kala bermata melotot besar dan bertaring runcing nampak menghiasi bagian atap tepat di atas pintu. Sementara puncak atap berupa batu kubus yang sangat besar.
Setelah lewat pintu gapura paduraksa masuklah mereka di bagian utama istana di Utama Mandhala. Beberapa bangunan di sana sudah jadi, hanya saja pohon-pohon yang ada belum nampak rindang daunnya. Pasti pohon-pohon itu baru ditanam.
Namun bangunan-bangunan di sini bukan bangunan-bangunan suci, tempat melakukan upacara keagamaan, namun lebih memperlihatkan ciri sebagai bangunan -bangunan kraton tempat raja memerintah negeri.
Empat orang itu berjalan lewat sebuah lorong menuju bale Prabayeksa. Tempat di mana Pangeran Erlangga bercengkrama dengan Narotama, pemimpin seluruh prajurit yang ikut mengungsi di Wawatan Mas itu.
Ketika mereka hendak menaiki tangga bale Prabayeksa, mereka bertemu dengan Dyah Tumambong. Dengan ramah lelaki itu menyapa duluan para tamu yang baru datang.
"Selamat datang kakang Manggala. Kalian telah ditunggu Gusti Pangeran dan Gusti Senopati Narotama." Katanya ramah seolah ia tidak pernah melakukan kesalahan apa-apa terhadap orang-orang yang dipersilahkannya.