"Upacara keagamaan ? Dengan menumbalkan manusia ?" Kata Sembada heran.
"Sebuah keyakinan tertentu, tapi tak bisa disebut agama. Upacara demikian lazim dilakukan oleh penganut aliran yang menyebutnya Bhairawa Tantra. Tapi sebetulnya bukan. Merekalah yang merusak ajaran itu dan menyelewengkannya. Bukankah banyak kelompok-kelompok semacam itu di dunia ini. Dari latar agama yang berbeda-beda ? Â Orang-orang mengatakan mereka kelompok sesat. Itu yang pernah aku dengar dari kisah-kisah yang diceritakan ayahku." Kata Sekar Arum.
"Bhairawa Tantra ? Aku belum pernah mendengar." Kata Sembada lirih.
"Sebuah keyakinan agar seseorang mampu mencapai tingkat samadi saat meditasi, maka harus bisa mengendalikan gerak nafsu perut dan birahi. Jika dua nafsu itu hilang, barulah orang bisa mencapai tingkat samadi itu, sehingga orang tersebut memperoleh sakti. Dengan sakti yang dimiliki ia akan memperoleh wibawa berkuasa." Kata Sekar Arum singkat.
"Apa hubungannya dengan tumbal manusia." Tanya Sembada.
"Itu berkaitan dengan cara mereka menghilangkan nafsu perut dan birahi. Dua nafsu itu akan hilang dengan sendirinya, jika dipenuhi sepuas-puasnya. Itulah ajaran yang dikembangkan, mereka menyebutnya Panca Makara Puja." Kata Sekar Arum.
"Panca Makara Puja, apa itu ?" Tanya Sembada lagi.
Sekar Arum menatap Sembada beberapa saat, Sembada dengan rasa ingin tahunya yang tinggi juga menatap mata Sekar Arum.
"Tidakkah di padepokanmu ada Wisma Pustaka ? Banyak kitab tersimpan di sana ? Dengan membaca kakang lebih luas memandang dunia." Kata Sekar Arum meledeknya.
"Aku tak suka membaca. Jika ada sesuatu yang aku nggak tahu, cukup aku bertanya pada guru." Jawab Sembada pelan.
"Itulah sebabnya wawasanmu jadi sempit kakang, meski ilmu kanuraganmu amat tinggi." Ejek Sekar Arum sambil tertawa.