"Iya Arum, bisa jadi tebakanmu benar. Kalau begitu dia terpaksa berbohong untuk melindungiku dari amarah kakang Handaka"
"Ia sebenarnya diperintah guru untuk membuktikan kebenaran warta, bahwa Kakangmbok Sekar Sari berada di Maja Dhuwur. Sekaligus mencari keterangan tentang keberadaan payung keramat Tunggul Naga yang hilang sebelum Medang Kamulan hancur."
"Kau dan ibu bersamanya di padepokan Cemara Sewu ?"
"Iya, sambil menunggu berita dari kakang Sembada. Â Namun ia nggak datang-datang. Keburu Nyai Rukmini datang dan bersikeras membawaku ke lereng gunung Arjuna. Bersama ibu aku mengikutinya.Â
Apakah kakang Handaka masih membenci dan curiga dengan Kakang Sembada ?" Tanya Arum.
"Tidak. Uwak demang Sentika yang menjelaskan alasan keberadaan kakang Sembada di sini. Uwakpun pernah menjajagi ilmu kakang Sembada, tapi belum sampai pertempuran berakhir, dihentikan oleh kakek Kidang Gumelar, guru kakang Sembada."
"Uwak bisa kalah dengan kakang Sembada. Singa Lodhaya yang sakti itu mampu dilumpuhkan kakang Sembada. Tokoh sakti itu kemungkinan terluka dalam."
"Uwak demamg memang akhirnya mengakui tingginya ilmu kakang Sembada. Setelah melihat sendiri pertempuran Gusti Senopati Narotama melawan kakang Sembada"
"Kenapa Gusti Senopati Narotama perang tanding dengan kakang Sembada ?"
"Telik sandi memberitahunya, ada pemuda bersenjata cambuk merah membantu pasukan pengawal Maja Dhuwur dalam perang di padang ilalang. Beliau penasaran, siapa sebenarnya pemuda itu. Apakah punya hubungan dengan Senopati Medang yang mempunyai cambuk Nagageni ? Pendekar legendaris Ki Kidang Gumelar, yang dikenalnya ?Â
Itulah sebabnya beliau datang ke kademangan ini. Setelah perang tanding baru beliau percaya. Mungkin karena tahu betapa tinggi ilmu kakang Sembada, beliau memberi tugas mengambil Payung Tunggul Naga."