"Arum, sudah lama kamu kenal Sembada ?"
"Lho, apa kau lupa dengan anak Nyi Kenanga, pamomong kita dulu Mbok Ayu ?" Tanya Arum heran.
"Dia bukan anak Nyai Kenanga, namanya saja yang sama. Sembada. Dia anak Mbok Darmi, janda miskin warga dusun Maja Legi." Kata Sekar Sari.
"Kakang mbok salah. Dia kakang Sembada, anak Nyai Kenanga, yang diantar paman Wirapati ke gunung Wilis, ke padepokan Cemara Sewu. Dia kakak seperguruanku di sana. Kang Mbok lupa ? Tubuhnya sekarang memang beda, dulu kerempeng."
"Benarkah ? Semula aku menyangka begitu. Tapi dia selalu membantah, dan mengatakan bahwa dirinya anak Mbok Darmi."
"Kakang Mbok telah dibohongi. Mbok Darmi itu ibu angkatnya."
"Kurang ajar, ia telah membohongiku."
Sekar Sari merasa geram. Ia lantas berjalan menghampiri Sembada. Kemudian dengan marah menudingnya.
"Hai pemuda pembohong. Aku sejak dulu telah mengira, kau anak Nyai Kenanga. Bukan anak Mbok Darmi. Tiga kali aku telah bertanya padamu, tapi selalu kau kelabui, maka rasakan hukuman bagimu."
Sekar Sari tiba-tiba meloncat dan menyerang Sembada dengan dahsyatnya. Pemuda itu amatlah terkejut dengan serangan-serangan berbahaya yang melandanya.Â
Tentu saja Sembada tidak mau celaka dengan serangan itu, dengan cepat ia menolak menangkis dan menghindar. Tak ingin ia membalas semua gempuran Sekar Sari, karena ia tidak mengerti mengapa gadis itu marah padanya.