Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 31. Gudang Pusaka (Cersil STN)

20 Juni 2024   16:00 Diperbarui: 21 Juni 2024   22:13 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi harinya Brajangan pamit meninggalkan goa. Ia pergi ke desa Balitar di mana teman-temannya menginap. Salah seorang pembantu kedai di ujung desa Balitar adalah penghubungnya. Branjangan memberi tahu sandinya jika bertemu penghubung itu. 

Sementara itu tiga hari menjelang purnama naik padepokan Lodhaya benar benar ramai sekali. Pagi dan sore hari telah diselenggarakan adu kesaktian para cantrik. Acara ini adalah babak penyisihan. Mereka yang menang akan bertanding pada acara puncak saat purnama naik nanti. Meski demikian acara saat ini sungguh seru sekali.

Ternyata banyak pula pedagang yang menjajakan dagangan mereka di pinggir lapangan.  Makanan dan minuman kesukaan para cantrik; jadah, wajik, tuak, serbat kelapa, dan lain-lain.

Mereka wanita-wanita penghuni padepokan juga. Rata-rata usianya sudah tua. Wanita-wanita ini bekas penghuni harem Singa Lodhaya yang pernah tinggal di bangsal madu branta.

Para sakti belum kelihatan batang hidungnya pada keramaian itu. Di balai utama juga nampak sepi tidak ada kegiatan apapun.

Saat matahari turun dari puncaknya, nampak dua orang memanjat sebuah pohon di sisi selatan agak jauh dari padepokan. Dua orang guru dan murid itu tengah mengawasi isi padepokan.

"Tentu kakakmu Sembada kesulitan memasuki padepokan. Penjagaan di sana ketat sekali. Jika tokoh-tokoh berkumpul di sana, ilmu sireppun tidak akan berguna. Hanya cantrik-cantriknya yang akan tertidur. Para gembongnya justru semakin waspada."

"Yah guru. Apakah tidak sebaiknya kita mencari hubungan dengan kakang Sembada lebih dulu guru ? Agar kita tahu apa rencana mereka ?"

"Yah benar. Kita harus bertemu mereka. Kita cari tempat yang aman untuk meditasi sebentar, kirim pesan kepadanya bahwa kita telah hadir"

Merekapun melangkah agak jauh lagi dari padepokan. Di suatu tempat dekat batu yang besar mereka berhenti. Gurunya lantas duduk sebentar dan meditasi. Selang sesaat nampak badannya bergetar.

"Aku telah sampai. Sekarang di sisi selatan padepokan." Dengan ucapan batin ia sampaikan pesan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun