Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Saat Ngabuburit, Mampir TBM Jambu, Anak Desa Jambu Bikin Buku, Keren

30 Maret 2024   20:28 Diperbarui: 30 Maret 2024   21:39 1325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana awal gagasan muncul

Pada dasarnya ide mendirikan taman baca di dusun Jambu ini lebih karena alasan yang sederhana. Keinginan dia pribadi untuk membuat komunitas di kampung yang melibatkan anak-anak, remaja, dan para pemuda. Kondisi di atas bukanlah alasan utama taman baca ini lahir. Hal itu hanyalah sebuah kebetulan belaka. 

Karena memang selama ini belum pernah ada sebuah organisasi atau komunitas yang mampu menjadi wadah untuk memberikan pendidikan non formal ke mereka. Wadah untuk menempa potensi kreatifitas generasi muda desa dalam berkarya. 

Kalau pun ada keberadaannya hanya sebatas ‘nama’. Misalkan karang taruna, remaja masjid atau organisasi desa lainnya; kebanyakan organisasi di Jambu adalah organisasi keagamaan. Organisasi ini mengalami kemandegan yang cukup lama karena tidak adanya proses regenerasi dan pendidikan bagi anggotanya.

Alasan lain – dan inilah penyebab utamanya – karena dia nganggur!

Tahun 2007 adalah tahun terberat bagi dia setelah memutuskan untuk hengkang dari Jogja dan kembali ke Jambu. Dia mengalami stres berat. Tidak banyak aktifitas yang bisa dia lakukan di Jambu. Kondisi ini sungguh bertolak belakang ketika dia masih berada di Jogja. 

Di sana dia  banyak bergerak. Banyak belajar dengan teman-teman komunitas. Sedang di Kediri dia harus mencari-cari organisasi atau komunitas mana yang bisa dia pijak. Memetakan satu persatu. Mencoba memperkenalkan diri ke beberapa teman-teman di Kediri. Hingga akhirnya dia harus memulainya sendiri dari awal. Dari dusun dia sendiri. Hal yang dia rasa cukup berat.

Awal mulanya dia bingung wadah seperti apa yang akan dia bentuk di Jambu. Sedang orang-orang Jambu sendiri tidak banyak yang mengenalnya. Begitu pula sebaliknya. Di Jambu sendiri komunitas-komunitas kreatif bisa dikata hampir tidak ada. 

Pada fase kebingungan itu dia mencoba berdinamika di satu komunitas kecil di luar Jambu. Sambil terus berpikir wadah apa yang pas untuk Jambu. Komunitas itu bernama Cangkir Kopi.
Komunitas ini lebih berproses ke musik dan film dokumenter.

Namun tak lama berselang dia memutuskan untuk hengkang dari komunitas tersebut dan kembali fokus ke tujuan awal membentuk wadah di kampung sendiri. Selain sebab beberapa anggotanya yang memutuskan untuk merantau ke luar Jawa. Sekelebat gagasan itu mulai terlintas di pikiran. Ibarat orang menerima wangsit. 

Dia berpikir menarik kiranya bila mendirikan sebuah taman baca untuk warga. Karena kebetulan secara modal awal dia sudah punya beberapa koleksi buku hasil jerih payah selama di Jogja.Tidak banyak memang, namun cukup untuk mengawali. Dan kebetulan yang lain oleh sebab di Jambu sama sekali belum ada perpustakaan desa!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun