Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Saat Ngabuburit, Mampir TBM Jambu, Anak Desa Jambu Bikin Buku, Keren

30 Maret 2024   20:28 Diperbarui: 30 Maret 2024   21:39 1285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di selatan masjid terpampang sepanduk berjajar- jajar. Bergambar anak- anak membaca, di antara deretan tulisan puluhan paragraf, mengelilingi bangunan kecil bertembok batu.  Inilah  perpustakaan itu. Sangat sederhana.

Tempatnya sangat tersembunyi, di bawah rumpun bambu yang lebat. Pohon-pohon besar mengelilinginya. Di depan bangunan rumah dua atap terdapat tempat untuk gelaran acara seni, dengan latar sepanduk yang sangat lebar.

Namun sayang, perpustakaan itu tutup.  Demikian juga rumah hunian yang gandeng dengannya.

Balik jalan apa lanjut ?  Perang batin gemuruh di dada. Balik jalan sayang. Mau lanjut pasti akan ganggu orang. Saat puasa, jam segini enak-enaknya orang tidur.

Akhirnya kupilih lanjut saja.

Kuketok pintu rumah hunian. Namun terdengar pintu perpustakaan yang dibuka. Muncul lelaki muda kuning gemuk memperlihatkan senyumnya. Aku uluk salam.

Usai jabat tangan aku dipersilakan masuk. Mataku disambut deretan buku di rak kayu yang rapi tertata. Mungkin jumlahnya ribuan.  Sungguh aku tercengang.

Dokpri
Dokpri

Namanya Ahmad Ikhwan Susilo.  Dari namanya mudah ditebak, ia lahir di keluarga Jawa pemeluk Islam. Masyarakat Jambu sendiri sebenarnya bukan masyarakat Islam yang taat. Tradisi pondok pesantren melekat kuat hanya pada kelompok  kecil saja, minoritas.

Banyak remaja Jambu yang masuk kelompok rentan. Mereka telah terpapar budaya miras, balap liar bahkan narkoba. Pernah kejadian di desa ini 3 remaja mati karena miras.

Terkait budaya baca kelompok minoritas ini diperoleh dari sekolah sekolah berbasis agama. Pondok pesantren, madrasah diniyah, atau sekolah sekolah keagamaan yang lain. Mereka punya bekal kebiasaan tadarus Alqur'an, sema'an, diba'an, barjanzi, dan mbalah. Tradisi ini terwariskan dari generasi-ke generasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun