"Kami baru mendengar informasi bahwa pusaka cambuk nagageni berada di Majaduwur. Terus terang kami tidak tahu juga. Â Yang kami ketahui bahwa pusaka itu dulu milik senapati legendaris Kidang Gumelar. Sedang sepasang pedang garuda sakti dimiliki pendekar wanita Nyi Rukmini, yang bergelar Walet Putih bersayap pedang."
"Benar ki demang. Â Kami juga mendapat perintah untuk menanyakan apakah ki demang tidak membutuhkan bala bantuan untuk menghadapi para perusuh yang akan melanda kademangan Majaduwur."
"Jika mereka hanya datang dari beberapa pedesaan yang mengitari kademangan Majaduwur aku kira kami bisa menghadapinya sendiri. Â Kami mengucapkan terima kasih kalian telah memberitahukan informasi ini sehingga kami bisa bersiap-siap menghadapinya."
Setelah menikmati hidangan makan siang yang disuguhkan Sekarsari, dua orang prajurit pengawal Pangeran Erlangga pamit pulang ke pesanggrahan. Â Mereka berpesan jika membutuhkan bantuan pasukan dapat menghubungi mereka ke desa Sumberwangi, cari orang bernama Glatik Kuning.
Ki demang mengangguk angguk.
Ia lantas memanggil pengawal yang berjaga di samping regol alun alun dengan lambaian tangan. Â Pengawal itu bergegas lari menghampiri Ki demang Sentika.
"Ada perintah Ki demang ." Tanyanya.
"Panggil ketua ketua pengawal masing masing dusun. Â Aku minta mereka menghadapku nanti malam di pendapa." Perintah ki demang Sentika.
"Baik ki demang, siap jalankan perintah."
Saat itu pula pengawal itu segera memacu kudanya ke setiap dusun di wilayah kademangan Majaduwur.
Perintah agar semua pemimpin pengawal berkumpul nanti malam di pendapa kademangan benar-benar mengherankan. Ada suasana tegang di hati setiap pemimpin pengawal itu, mereka bertanya tanya dalam hati apa gerangan yang tengah terjadi.