Semua anggota pasukan pengawal kademangan saling kenal satu sama lain, meski mereka berasal dari dusun yang berbeda
Sambaya adalah pimpinan pasukan pengawal kademangan yang berasal dari dusun Majalegi. Â Sedangkan Kartika adalah pimpinan pasukan pengawal kademangan dusun Jambu.
Keduanya sangat akrab berkawan. Â Karena mereka sering pergi bersama mengawal putra ki demang Majaduwur jika sedang menjalankan tugas keluar.
Sambaya berniat mengajak Kartika untuk bersama-sama mengunjungi rumah Mbok Darmi. Â Ia ingin berkenalan dengan pemuda yang katanya anak sulung janda warga Majalegi itu.
Iapun ingin meyakinkan apakah pertanyaan yang bergelut di hatinya itu benar. Â Bahwa pemuda itu yang pernah menolong rombongan berkuda, termasuk dirinya dan Kartika, saat melintas hutan Waringin Soban.
Meski pemuda itu bertempur seolah-olah sembarangan saja menggerakkan tongkatnya, tanpa dilandasi ilmu kanuragan, namun terbukti anak buah Gagakijo dapat terusir dari arena pertempuran.
Bahkan beberapa dari mereka kehilangan senjata dari tangannya, karena tongkat pemuda itu berhasil menghantan tangan mereka sehingga pedang-pedangnya terlepas.
"Umurnya sebaya denganku. Â Jika dia memang tidak memiliki ilmu kanuragan, keberaniannya sungguh patut diacungi jempol." Â Bisik hatinya.
Dalam perjalanannya ke dusun Jambu ia harus melewati beberapa gardu perondan. Â Malam itu beberapa pemuda juga sudah ada di masing-masing gardu. Â Kegiatan mereka ada yang hanya duduk bercakap-cakap, main mul-mulan atau macanan, ada juga yang sibuk membakar ketela dan membikin wedang sere gula aren.
"Kang Sambaya, mau kemana Kang ? Â Mampir dulu, ketelah bakarnya sebentar lagi matang. Â Ada juga wedang sere gula aren."
"Wahhh enak itu. Â Nanti saja saat pulang. Â Aku ingin ketemu pemimpinmu, Kartika."
"Kayaknya ia ada di rumah Kang. Â Malam ini bukan gilirannya berjaga."