Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 15: Penjajagan Ilmu (Cersil STN)

25 Maret 2024   17:57 Diperbarui: 3 Juni 2024   10:24 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Persetan.  Apa peduliku dengan sikap yang cengeng itu. "

Lelaki berbaju serba hitam dan bertutup wajah segera menyerang Sembada.  Gerakannya cepat keras dan mantap. Sambaran tangannya diikuti suara angin yang menderu. Sembada segera membangkitkan tenaga dalamnya untuk melindungi tubuhnya dari setiap sambaran tangan lawannya.

Sembada masih mencoba berhati-hati  untuk melakukan perlawanan sepenuhnya.  Namun lawannya seolah sudah tidak mengekang dirinya lagi.  Ia hujani Sembada dengan serangan-serrangan dahsyat yang mematikan.

Namun beberapa lama mereka bertempur belum satupun yang berhasil mengenai lawannya.  Sambaran tangan dan tendangan senantiasa bisa dihindari dengan baik oleh lawannya.  Hingga keduanyapun meningkatkan tenaga cadangan mereka masing-masing.

Pertempuran kian bertambah seru.  Keduanya bergerak seperti bayangan burung sikatan yang saling menyambar.   Tanah di bawah mereka seperti teraduk oleh angin lesus yang mengamuk.  Bebatuan terlontar dari tempatnya.

Hingga akhirnya bayangan serba hitam itu melontar mundur, ketika ia berdiri dengan kokohnya di atas tanah, ditangannya telah tergenggam sebilah keris yang menyala.  Sembada termangu-mangu melihat pemandangan itu.  Akankah ia harus mengeluarkan cambuknya ?

"Ambil senjatamu jika kau membawanya."

"Kita tidak punya persoalan apapun, kenapa kita bertempur mempertaruhkan nyawa "

"Tidak ada persoalan menurutmu.  Menurutku ada segunung persoalan di antara kita."

Sembada mengeluarkan cambuk dari balik bajunya.  Melihat benda itu nampak bayangan hitam itu terkejut.  Namun iapun kemudian mengangguk-angguk.  Ia akan melakukan serangan habis-habisan, untuk mengetahui seberapa tinggi ilmu pemuda itu.

Sejenak kemudian kembali terjadi pertempuran yang seru. Bahkan lebih dahsyat dari sebelumnya.  Kini sebuah keris yang menyala-nyala bergerak-gerak dengan cepatnya di antara putaran dan ledakan cambuk yang keras seperti petir. Keduanya berganti-ganti desak mendesak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun