Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 4, Cambuk Pusaka

17 Maret 2024   22:12 Diperbarui: 29 Agustus 2024   13:00 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ini pusaka yang akan aku berikan kepadamu.  Dengan senjata lentur ini kau jauh lebih tidak berbahaya bagi lawan-lawanmu daripada kau tidak bersenjata.  Kedua tanganmu lebih mematikan daripada cambuk ini." Terang kakek.

Kakek itu menyerahkan cambuk itu kepada si pemuda.  Lelaki muda itu menerimanya dengan senang hati.  Ia sudah tahu keberadaan pusaka itu.  Tapi ia tidak mau mengambilnya tanpa ada persetujuan yang punya.

"Sedikit cerita tentang riwayat cambuk Naga Geni ini, agar kau mengetahui dari pewarisnya sendiri. Tidak mendengar kata orang yang menyebar di luar sana. Guruku, Ki Supala, mewarisi cambuk serta ilmunya dari seorang senopati zaman Mpu Sendok. Senopati itu bergelar Naga Wulung, yang mendapat ilmu silat dari seorang tawanan Kerajaan Mataram Hindu Kuno di Jawa Tengah. 

Tawanan itu tidak mau menyebut namanya, takut kalau pendekar-pendekar di negerinya mendengar, dan mencarinya untuk membalas dendam. Tapi ia pernah menyebut gurunya sebagai pendekar bercambuk ekor ikan pari, bernama Liu Kong Pian."

Sembada mengangguk-anggukkan kepala. Ternyata jurus-jurus ilmu perguruannya berasal dari negeri asing.

"Tidak semua jurus-jurus ilmu cambuk Naga Geni dari negeri tirai bambu itu. Eyang Naga Wulung juga tidak memperoleh pusaka dari gurunya, ia membuat cambuk sendiri untuk melengkapi ilmunya.

Pembuatan cambuk itu disempurnakan oleh Ki Supala, guruku. Meski beliau semula hanya penggembala ternak di lereng gunung Sumbing, namun ia mengetahui banyak jenis serat yang bagus dan kuat. Cambuk Nagageni ini adalah hasil karyanya.".

"Saya mengucapkan beribu-ribu terima kasih kek. Telah mewariskan cambuk ini kepadaku." Kata Sembada.

"Tak perlu kau ucapkan terima kasih itu padaku. Kau telah berhasil menyadap seluruh ilmu Nagageni, cambuk itu hanya pelengkapnya saja." Kata Ki Ardi.

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun