Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 4, Cambuk Pusaka

17 Maret 2024   22:12 Diperbarui: 29 Agustus 2024   13:00 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokpri

"Aku pedagang kayu sebagaimana kau kenal.  Hanya saja aku kenal dengan gurumu.  Ajar Cemara Sewu itu.  Ia dulu salah satu senapati kerajaan Medang, pangkatnya tumenggung. Namanya Tumenggung Menjangan Gumringsing.  Karena Medang hancur, ia melarikan diri dari kerajaan dan bersembunyi di lereng selatan Gunung Wilis.  Padepokan itu bernama Cemara Sewu."

"Siapa nama kakek ?  Kalau bertemu dengan guru aku bisa menceritakan kakek kepadanya,"

"Tak perlu kau bercerita apa-apa tentang aku.  Aku orang kecil, tidak banyak dikenal oleh para bangsawan.  Namaku Ki Ardi, tukang penjual kayu bakar."

Pemuda itu terdiam.  Ia tidak melanjutkan usahanya mencari tahu tentang kakek itu secara langsung bertanya kepadanya. Kelak mungkin ia akan tahu sendiri setelah bertemu dengan gurunya.

"Tapi kenapa ilmu kakek hampir sama dengan ilmu guruku,  Ilmu yang tergambar di sini juga sebagian besar persis ilmu yang aku pelajari di padepokan Cemara Sewu."

"Aku tidak tahu anak muda.  Aku di sini karena perintah guruku, untuk menjaga kitab ilmu yang ia sembunyikan di sini.  Sambil menunggu tunas-tunas baru yang berbakat untuk mempelajarinya.  Seperti dirimu.  

Jadi semua terjadi kebetulan saja. Mungkin guruku pernah mengajarkan ilmu ini kepada gurumu, tetapi aku tidak tahu. Mungkin masa berguru kami tidak sama, gurupun tak pernah cerita siapa saja muridnya."

"Baiklah kek aku tidak lagi bertanya tentang kakek.  Tapi sampai kapan kakek menunggui goa ini ?"

"Tugasku tinggal satu, menyerahkan sebuah pusaka perguruan kepada yang berhak.  Satu sudah aku temukan, yaitu kau. Karena kau sudah menyadab ilmu di sini, dan sudah ikut melestarikan kelangsungan perguruan kami, maka kaupun berhak sebuah pusaka untuk kau miliki."

"Pusaka kek ?  Pusaka apa ?"

Kakek itu berdiri dan mengambil peti di bawah amben bambu. Setelah peti itu dibuka ia mengambil sebuah benda di dalamnya. Ternyata sebuah cambuk.  Benda itu diperlihatkan kepada pemuda itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun