Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 2. Kakek Pemikul Kayu

15 Maret 2024   16:10 Diperbarui: 27 Agustus 2024   10:42 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kematianku tidak di tanganmu kakek tua.  Ia berada dalam kekuasaan Hyang Widhi.  Meski ilmumu setinggi langit, jika bukan atas takdirnya aku tidak akan mati." Jawab Sembada.

"Hahaha, bermimpilah selama kamu masih bernafas.  Jika sudah putus tak ada lagi yang dapat kau lakukan." Kakek itu menggeremang.

Tiba-tiba kakek tua itu meloncat dengan cepat sekali menusukkan parangnya ke arah dada.  Pemuda itu segera memiringkan tubuhnya dan menangkis dengan tongkat bambunya.  Terdengar suara dua benda beradu.  

"Thaaang"

Terasa keduanya merasakan getaran di tangan mereka masing-masing.  Pemuda itu menyadari betapa kuat tenaga yang  dimiliki oleh kakek tua itu.  Demikian juga kakek itu merasa bahwa pemuda itu mampu mengimbangi tenaganya.

Parang itu berbelok arah, namun segera berputar dan menebas leher.  Melihat gerakan parang itu segera pemuda itu merendahkan dirinya, ia gerakkan dengan cepat tongkatnya menyerampang kaki kakek itu.  

Tahu kakinya jadi sasaran srampangan, kakek itu melompat tinggi, sambil membalikkan badannya ia tusukkan parangnya kemuka pemuda itu.  Pemuda itu melompat berputar dan memukul   bagian atas parang kakek itu.  Dengan cepat kakek itu menarik parangnya, sehingga tongkat kayu lewat di depannya.

Gagal memukul parang kakek tua itu tiba-tiba pemuda itu memutar tubuhnya dengan cepat.  Tongkatnya telah berpindah di tangan kiri, berbareng dengan putaran tubuhnya tongkat itu melayang ke arah tengkuk kakek tua.  Kakek itu merendahkan tubuhnya, dan menyabetkan parangnya ke arah pinggang.

Namun pemuda itu dengan gesitnya telah melompat ke depan. Lolos dari sabetan parang si kakek.

"Hahaha ternyata kau gesit juga anak muda.  Namun jangan dulu besar kepala, aku belum sepenuhnya mengungkap seluruh ilmu pedangku." Kata kakek itu dengan pongah.

Pemuda itu diam saja, tidak menanggapi ocehan kakek tua.  Ia segera memutar tongkatnya hingga terdengar bunyi dengungan seperti suara sendaren.  Kakek itu tersenyum, iapun telah mempersiapkan jurus baru untuk segera menaklukkan pemuda itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun