Selama 7 tahun ia maggae, istilah untuk penangkapan dengan metode ini, Ridwan merasa tidak mampu menghasilkan produksi yang memadai. Bahkan terkadang rugi. Apalagi ketika ia harus merekrut awak dari daerah lain, yang harus diongkosi dalam jumlah besar.
Karena tak sanggup lagi mengoperasikan armadanya, Ridwan kemudian menjual kapal warisan mertuanya tersebut. Ia beralih menjadi nelayan pengumpul. Membeli ikan dari nelayan lain kemudian dijual ke pedagang yang lebih besar di Makassar. Usaha ini pun kemudian terhenti terkendala modal.
Kini Ridwan, sebagaimana sebagian besar nelayan di Pulau Bontosua lebih banyak menangkap cumi-cumi, yang mulai dilakoninya sejak 2015 silam. Populasi cumi-cumi di sekitar perairan Pulau Bontosua cukup besar, apalagi di musim-musim tertentu, antara Juni-Agustus. Cumi-cumi ditangkap dengan cara dipancing. Dalam sehari hasil tangkapan bisa mencapai 20 kg per hari, dengan harga Rp 30 ribu per kg.
"Pernah saya memperoleh penghasilan hingga Rp 16 juta per bulan. Tergantung musimnya saja."
Usaha lain yang dilakoni Ridwan adalah budidaya tiram mutiara, budidaya kerapu cantang dan lobster. Usaha ini masih tergolong baru, dimulai sekitar 3 tahun silam. Ridwan optimis panen budidayanya, khususnya tiram mutiara, bisa memberi hasil yang besar. Ia merencanakan panen perdana beberapa bulan ke depan. Â Â
Menjaga Terumbu Karang di Pulau Samalona
Selain Ridwan, anggota Pokmaswas yang cukup aktif menjaga perairan di sekitarnya adalah Kamaruddin Daeng Lallo. Ia berdomisili di Pulau Samalona, salah satu pulau di Kepulauan Spermonde yang secara administratif masuk dalam wilayah Kota Makassar.
Kamaruddin beberapa tahun terakhir menjadi koordinator Pokmaswas Barakuda dengan ruang lingkup pengawasan mencakup sekitar perairan Pulau Samalona.
Meski Pulau Samalona luasnya tak cukup 2 hektar namun menjadi tantangan tersendiri bagi Kamaruddin mengawasi perairan dari berbagai aktivis penangkapan ikan menggunakan alat-alat tangkap yang tidak diperkenankan, seperti cantrang, trawl dan aktivitas pemboman dan pembiusan ikan.
Sebagai kawasan wisata dengan potensi utama pada keindahan terumbu karang, Kamaruddin yang juga memiliki pondok dan usaha penyewaan perlengkapan diving dan snorkling merasa berkepentingan menjaga kawasan tersebut dari berbagai aktivitas merusak tersebut.
"Kalau terumbu karangnya rusak, tak ada lagi yang menjadi jualan pulau ini. orang ke sini kan mau diving dan snorkling, melihat keindahan terumbu karang. Makanya ini harus dijaga," katanya.