Mohon tunggu...
Wahyu Chandra
Wahyu Chandra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan blogger

Jurnalis dan blogger, tinggal di Makassar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Mencintai dari Filep Karma

25 Februari 2018   06:46 Diperbarui: 25 Februari 2018   08:29 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya anti kekerasan," ujarnya.

Dari pertemuan singkat ini saya jadi tahu nama lengkapnya adalah Filep Jacob Semuel Karma. Ia punya seorang istri dan anak perempuan, yang ketiganya bekerja di bidang kesehatan.

Perbincangan kami malam itu tak banyak. Ia bicara tentang rencananya ke Jerman dan Inggris atas undangan dari Amnesti Internasional. Ia ingin seluruh dunia tahu tentang apa saja yang terjadi di Papua. Dan mungkin juga akan sedikit bercerita tentang beragam kasus kriminalisasi, persekusi dan kekerasan negara di Indonesia.

Sambil bercanda ia bertanya tentang Andi Azis, seorang tentara di Sulsel yang membangkang di masa-masa revolusi.

"Ada juga Kahar Muzakkar," balas saya sambil tertawa.

"Betul..betul..!" balasnya tertawa lebar.

Yang menarik dari orang ini adalah beragam atribut yang melekat di dirinya. Penuh symbol. Dan kontradiktif.

Ia memakai pakaian seragam coklat, pakaian khas PNS, namun di dadanya dipasang bendera kecil, seukuran kartu nama, bergambar bendera bintang kejora. Rambutnya yang gimbal dan dikucir, kontras dengan usianya yang telah separuh abad. Sama kontras dengan kehidupannya, seorang pensiunan ASN, anak mantan bupati, istri dan anak-anaknya bekerja untuk pemerintah, namun di sisi lain bersikap 'berontak' terhadap pemerintah RI.

Pertemuan kami selanjutnya beberapa hari kemudian. Ia tiba-tiba berdiri di depan pintu di depan ruamg kelas tempat kami diskusi dengan Janet Steel, seorang sejarahwan media dari AS. Tanpa memperkenalkan diri, semua orang sepertinya sudah mengenalnya. Ada yang melihat dengan mulut menganga, antara takjub dan senang bisa bertemu langsung dengan Filep Karma.

Seperti halnya bertemu selebriti, mereka mengerumuni Filep dan berakhir dengan foto bersama. Dan dasar wartawan, mereka memanfaatkan momen ini untuk wawancara.

Sama dengan ketika berbincang dengan saya, Filep adalah sosok yang terbuka, humoris dan berani. Ia tak sungkan-sungkan bicara tentang seluruh pemikirannya dan perlawanannya selama ini. Yang diharapkannya semata adalah keadilan untuk Papua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun