Mohon tunggu...
Wahyu Aprilia
Wahyu Aprilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Suka Jeno NCT

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peran Ki Hajar Dewantara dalam Pergerakan Nasional Indonesia di Bidang Pendidikan

15 Desember 2024   08:50 Diperbarui: 15 Desember 2024   09:15 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ki Hajar Dewantara adalah tokoh pendidikan dan pejuang kemerdekaan yang tidak hanya dikenal melalui pemikiran dan gagasannya, tetapi juga melalui aksi nyata dalam menciptakan lembaga pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai kebangsaan. Dalam perjuangannya, Ki Hajar Dewantara tidak berjalan sendirian, Ia mendapat dukungan dari berbagai organisasi yang turut memiliki visi dan misi serupa dalam memajukan pendidikan dan meningkatkan kesadaran nasionalisme di kalangan masyarakat Indonesia. Organisasi-organisasi seperti Indische Partij, Komite Bumiputera, dan beberapa lainnya memainkan peran yang signifikan dalam memperkuat pembangunan bangsa.

Boedi Oetomo didirikan pada 20 Mei 1908 oleh Dr. Soetomo dan mahasiswa School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA), dengan tujuan memperjuangkan pendidikan, budaya, dan kemajuan sosial bagi pribumi Indonesia. Ki Hajar Dewantara terlibat dalam Boedi Oetomo pada masa awal pendiriannya dan memberikan kontribusi penting dalam mendorong kesadaran nasionalisme di kalangan intelektual pribumi. Meskipun Boedi Oetomo tidak secara langsung menuntut kemerdekaan Indonesia, organisasi ini berfokus pada pengembangan pendidikan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui jalan reformasi sosial yang lebih damai dan moderat. Di sinilah Ki Hajar Dewantara mengembangkan pemikirannya tentang pentingnya pendidikan bagi kebangkitan bangsa, karena ia percaya bahwa kunci dari kebebasan dan kemandirian bangsa terletak pada pendidikan. Kontribusi Ki Hajar Dewantara di Boedi Oetomo turut memperkuat gerakan pendidikan nasional yang kemudian mewujudkannya dalam bentuk Perguruan Taman Siswa. Meskipun Boedi Oetomo lambat laun beralih lebih ke arah kegiatan sosial daripada politik, organisasi ini tetap diingat sebagai salah satu pelopor kebangkitan nasional yang menjadi inspirasi bagi perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.

Indische Partij, didirikan pada 25 Desember 1912 oleh tiga tokoh pergerakan nasional, yaitu Ki Hajar Dewantara, Ernest Douwes Dekker, dan Cipto Mangoenkoesoemo, merupakan partai politik pertama yang secara eksplisit memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda. Tujuan utama dari Indische Partij adalah untuk menyatukan seluruh elemen masyarakat Hindia Belanda, baik itu pribumi, Indo-Belanda, maupun etnis lainnya, untuk melawan diskriminasi kolonial dan memperjuangkan kebebasan serta persamaan hak. Dalam konteks penjajahan yang ketat, partai ini membawa visi revolusioner, tidak hanya menuntut perbaikan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat Hindia Belanda, tetapi juga menyerukan perlunya pembentukan negara yang merdeka dari segala bentuk penjajahan. Ki Hajar Dewantara sebagai salah satu pendiri berperan aktif dalam menggerakkan kesadaran politik masyarakat melalui tulisan-tulisannya yang tajam dan penuh kritik terhadap pemerintah kolonial.

Komite Bumiputera (1913) adalah sebuah organisasi atau kelompok yang dibentuk dengan tujuan untuk memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan penduduk asli atau pribumi dalam sebuah wilayah tertentu, terutama dalam konteks pemerataan ekonomi, politik, dan sosial. Dalam sejarahnya, istilah "Bumiputera" banyak digunakan di berbagai negara, seperti di Malaysia dan Indonesia, untuk merujuk kepada penduduk asli atau pribumi yang sering kali dipinggirkan secara sosial dan ekonomi oleh pengaruh kolonialisme dan dominasi kelompok pendatang atau asing. Komite ini berfungsi sebagai platform advokasi yang berfokus pada peningkatan akses terhadap sumber daya, pendidikan, dan peluang ekonomi bagi komunitas Bumiputera, sembari memastikan bahwa kebijakan pemerintah lebih inklusif terhadap kebutuhan mereka. Salah satu pilar utamanya adalah memperjuangkan agar hak-hak masyarakat adat, baik dalam hal tanah, sumber daya alam, maupun tradisi budaya, diakui dan dihormati oleh negara dan institusi lainnya. Selain menjadi wadah advokasi, Komite Bumiputera juga berperan penting dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman mengenai sejarah, budaya, serta kontribusi penduduk pribumi terhadap perkembangan bangsa.

Setelah kembali dari pengasingan, Ki Hajar Dewantara melanjutkan perjuangan Indische Partij dengan menjadi Sekretaris Nasional dari organisasi yang kemudian berkembang menjadi National Indische Partij (1919). Organisasi ini bertujuan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan meningkatkan partisipasi rakyat dalam pemerintahan. Sebagai tokoh sentral, Ki Hajar juga berperan sebagai direktur majalah NIP yang bernama "De Beweging." Majalah ini menjadi sarana penting untuk menyuarakan kritik terhadap pemerintah kolonial dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya perlawanan serta kemerdekaan. Melalui "De Beweging," NIP mengajak rakyat Indonesia untuk menyadari hak-hak mereka dan terlibat aktif dalam perjuangan melawan kolonialisme demi mencapai kemerdekaan bangsa.

Paguyuban Selasa Kliwon (1919) adalah sebuah komunitas kebudayaan yang berfokus pada pelestarian dan pengembangan tradisi, khususnya terkait dengan kepercayaan spiritual dan adat Jawa. Nama "Selasa Kliwon" merujuk pada hari dalam kalender Jawa yang memiliki makna khusus bagi beberapa kelompok spiritual dan budaya, dimana pertemuan-pertemuan rutin atau acara-acara sakral sering diadakan pada hari tersebut. Paguyuban ini tidak hanya berfungsi sebagai ruang bagi para anggota untuk melestarikan tradisi leluhur, tetapi juga untuk wadah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Mereka sepakat membagi tugas, Ki Hajar Dewantara mengurusi masalah pendidikan anak. Ki Ageng Suryomentaram menangani jiwa merdeka bagi orang dewasa. RM Soerjopranoto ditugasi mematangkan pikiran kaum buruh. Ki Hajar memiliki gagasan mendirikan sebuah perguruan. Perguruan itu yakni Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922 di Tanjung Weg 32 Yogyakarta. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.

Referensi

Darsiti, S. (1985). Ki Hajar Dewantara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Dewantara, K. H. (1967). Ki hadjar dewantara. Jogjakarta: Majelis Leluhur Taman Siswa.

Zuriatin, Z., Nurhasanah, N., & Nurlaila, N. (2021). Pandangan Dan Perjuangan Ki Hadjar Dewantara Dalam Memajukan Pendidikan Nasional. Jurnal Pendidikan IPS, 11(1), 48-56.

Marisyah,Firman, dan Rusdinal.(2019).Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Tentang Pendidikan.Jurnal Pendidikan Tambusai. Vol. 3(6), 1514-1519

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun