Mohon tunggu...
Wahyu Amuk
Wahyu Amuk Mohon Tunggu... Jurnalis - Goresan Perantau

Journalist, Traveller, Blogger, Designer, dan penikmat kopi serta hujan dengan secarik kertas di penghujung petang.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Festival Siti Nurbaya 2016, "Alek" Edukasi dan Pelestarian Budaya Minangkabau

28 September 2016   21:51 Diperbarui: 29 September 2016   20:37 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian, agar tidak menghilangkan marwahnya sebagai “alek anagari” selain konsep kekinian FSN 2016 juga menantang peserta dengan berbagai lomba-lomba permainan “anak nagari” yang lebih tradisional. Adapun macam-macam lomba itu seperti lomba Karnaval dan Perahu Hias, SalajuSampan, MaeloPukek, PanjekPinang, permainan Anak Nagari (Enggrang, Sepak Rago, Tarompah Tampuruang),Manggiliang Lado, Mangukua Karambia, Malamang antar SMA, Teh Talua, dan Vokal Grup Lagu Minang Tingkat SMP).

Menurut Kepala Bidang Seni dan Budaya, di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang, Rusdaly Damsir, SE.MM, yang akrab dipanggil Lylid ini sangat mengapresiasi konsep yang ditawarkan oleh panitia. Ia menyebutkan konsep “kekinian” sangat perlu diadakan untuk menarik minat dan antusiasme peserta, sekaligus menyerukan budaya ke wisatawan lokal maupun asing.

Ia menyatakan bahwa di zaman digital, gadget, teknologi dan informasi seperti saat ini sangat bermanfaat sebagai wadah promosi, sekaligus untuk ajang pengenalan adat dan budaya secara lebih luas ke masyarakat. Menurutnya, dengan adanya teknologi dan informasi semua kalangan bisa ikut berpartisipasi, bukan hanya kalangan tua dan muda, tapi juga mendekatkan bagi orang di luar kota Padang, termasuk luar Sumbar.

Ia menjelaskan bahwa agar generasi muda mau terlibat dan ikut melestarikan budaya, pemerintah harus memiliki konsep yang sesuai dengan kemauan anak muda, salah satunnya yang berbau kekinian. Ia menyebutkan konsep kekinian yang diusung panitia, akan membawa dampak positif untuk menjaring anak muda. Hal ini dilakukan agar generasi muda tidak terlena denga kecanggihan teknologi informasi saja.

Di samping meningkatkan kreativitas, generasi muda harus mampu menyelipkan budaya Minangkabau dalam kecanggihan era digital, sebagai ajang menyebarluaskan virus budaya Minangkan ke seluruh pelosok nusantara. Oleh sebab itu, menurutnya karena FSN 2016 ini banyak melibatkan anak muda. Selain sebagai ajang promosi secara cepat, sekaligus konsep ini juga bisa melibatkan berbagai kalangan, tanpa harus menghilangkan keminangannya. Adapun media sosial yang bisa menyebarluaskan virus adat dan budaya daerah Minangkabau itu bisa melalui Instagram, Facebook,Twitter, blog,atau website.

Mampu Menarik Perhatian Wisatawan

Festival Siti Nurbaya (FSN) 2016 benar-benar membawa peserta dan pengunjung untuk merasakan budaya tradisional daerah kota Padang Sumatera Barat (Sumbar). Berbagai perlombaan tradisional disiapkan oleh pihak panitia untuk menyemarakkan perhelatan FSN 2016 ini, salah satunya manggiliang ladodan mamangua karambia.

Lomba manggiliang lado(menggiling cabai) dan mamangua karambie(memarut kelapa) ini diikuti oleh beberapa kelompok dari berbagai kalangan, mulai dari kategori tingkat remaja (siswa SMA sederajat), hingga kategori emak-emak(ibu-ibu). Adapun cabai yang digiling harus benar-benar halus, karena diperuntukkan memasak gulai, bukan untuk sambal.

Namun uniknya dalam perlombaan manggiliang ladodan mamangua karambiaini mengundang minat wisatawan asing. Salah seorang wisatawan itu bernama Jenifer, yang berasal dari negara Amerika Serikat. Meskipun merasa kaku dan belum terbiasa manggiliang ladodan mengukua karambiadengan alat tradisional, tapi Jenifer mengaku sangat menikmati dan senang mengikuti lomba.

Jenifer yang merasa asing dengan alat penggilingan cabai tradisional khas Minangkabau ini mencoba dengan semangat dalam lomba Manggiliang Lado.Sambil tersenyum dan tanpa malu-malu menggunakan bahasa Indonesia yang terbata-bata dihadapan puluhan pasang mata. Ia semangatmanggiliang lado sambil mengenakan tengkuluakkhas Minangkabau.

Pada perlombaan manggiliang ladoJenifer bersama timnya mampu menyelesaikan lomba dengan urutan pertama dalam kategori ibu-ibu (dewasa). Ia menyatakan dirinya ikut lomba karena diajak oleh komunitas “Padang Cat Lovers”, salah satu komunitas pencinta kucing di kota Padang, karena penasaran akhirnya ia pun memutuskan untuk mengikuti lomba tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun