Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Diary

Aku Ingin Punya Sayap, Terbang dan Bahagia Sebanyak-banyaknya

19 Januari 2025   08:06 Diperbarui: 19 Januari 2025   08:06 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jujur, ada rasa luka yang hingga kini belum sembuh, luka itu bukan soal rasa sakit sayap patah, tetapi tentang kepergian. 

Aku kehilangan, bahkan cerita setelah perjalanan jauh ini. Bahkan keinginan terbang lagi sudah enggan, aku ingin pulang saja seperti dulu. Menjadi kanak-kanak yang tidak tahu malu untuk bercerita kesana kemari.  Sayap ku sudah patah oleh seseorang yang kuajak terbang tanpa ujung jalan, ia pergi, ia jauh dan tak akan kembali lagi. 

Tahun 2025 ini, dan bahkan tahun berikut nya, semoga Aku tak ingin lagi terbang bersama seseorang pun, aku ingin sendiri terbang dan tak ingin memulai bercerita lagi. Walaupun sayap itu telah sembuh, tetapi kepergian tentangnya masih sering kambuh. Memang, rasa jatuh cinta itu berat, bahkan untuk mengepakkan sayap untuk pertama kalinya bisa kulakukan, namun untuk kedua kalinya terasa berat.

Dan sekarang, Aku ingin terbang, tetapi tidak dengan seseorang pun di tahun baru ini. Ceritaku akan tentang diriku sendiri sekarang, aku ingin jauh dari orang-orang yang ingin ikut terbang bersama ku. Sebab cerita berbagi itu indah, kisah yang dilakukan bersama-sama itu menyenangkan, namun tidak dengan kepergian dan luka yang melekat kuat tanpa lupa. 

Aku benci kepergian, karena itu adalah soal lara bercampur kekecewaan, melekat kuat dengan hebat tanpa sembuh cepat. Jujur saja, aku bingung untuk duduk menyalahkan siapa dalam situasi itu jika terjadi, sehingga tahun 2025 ini aku ingin terbang seorang diri. Aku hanya ingin terbang sekarang, dan tak ingin lagi ada seseorang bersama ku, bahkan ketika mereka memaksakan nya. 

Aku tau, semua tidak akan berjalan baik-baik saja. Tetapi, semoga semua yang telah terjadi hari ini dan masa lalu adalah perjalanan pelajaran. Bahwa, apa yang datang akan pergi, dan apa yang telah kita inginkan belum tentu bisa dimiliki. 

Aku tersadar, apa yang disebut bahagia tidak akan selalu abadi. Semua akan naik turun dalam intensitas hidup, setiap orang dan termasuk aku berada pada keadaan itu, bahwa hidup dengan keinginan dan kebahagiaan adalah harapan besar selama-lamanya, lalu lupa akan rasa luka. Sehingga, aku lebih banyak menyiapkan bagaimana aku harus bahagia daripada menyiapkan apa yang harus aku lakukan untuk menghadapi rasa kecewa. 

Itulah aku, senang dengan banyak hal. Lupa dengan sedikit hal yang membuat banyak cerita mulai luput dan layu. Kisahku sekarang tidak seperti dulu, aku bisa terbang entah jauh kemana, tetapi tidak bersama seseorang. Aku hanya ingin sendiri, biarkan kisah ini berjalan dengan sendiri. 

Aku benci semua tentang kepergian dan kehilangan. Aku benci tentang rasa bahagia yang berujung kekecewaan. Aku benci hal hal tentang kesedihan yang sebelumnya aku dambakan bahagia setiap massa. Dan aku benci harapan soal banyak hal, termasuk tentang rasa yang kubangun untuk seseorang. Pada keinginan tahun baru inilah, semoga, suatu masa yang akan datang. Aku melupakan semua itu, mulai menjadi kanak-kanak yang penuh ceria dan cerita. Tanpa rasa takut untuk bertemu orang-orang baru, tumbuh jadi dewasa yang ceria setiap waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun