Ketika tiba di rumah di mana aku dibesarkan dulu, ramai orang-orang bertandang. Saudara, kerabat, semua terlihat sendu. Aku berjanji tidak akan menangis.Â
"Baiklah, aku berusaha untuk tidak mengeluarkan air mata, demi Ibu." kataku dalam hati. Tapi apa yang terjadi? Air mata mengalir tak bisa kubendung, meski aku berusaha keras mencegahnya.
Ketika Bapak bilang, "Sudah, jangan menangis, doakan saja Ibu, ikhlaskan saja." Aku dengan susah payah untuk menahan air mata, meski perih hati ini.
Ibu terlihat tenang dan cantik, terpancar dari wajahnya. Telah bersih, suci.Â
Ada satu hal yang tidak aku hindari. Aku menyesal Ibu harus pergi terlebih dahulu, tidak sesuai keinginanku. Janji kangen belum tertuntaskan. Aku ingin Ibu masih ada di sisiku, bersamaku sekarang. Tetapi takdir berkata lain. Penyesalan ini, tak akan mengubah takdir.
Baiklah ibu, aku ikhlas. Di kehidupan yang baru, Ibu tetap abadi. Ibu sejatinya tak pernah pergi, hanya berada di tempat yang berbeda. Ibu tetap ada di hati, menyala dalam semangatku.
Semarang, 22 Desember 2023.
"Selamat Hari Ibu, untuk seluruh Ibu di Indonesia."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H