Aku tak mengalami luka. Sebenarnya Anggara sangat mencintaiku. Heran. Ia mampu berbuat di luar nalarnya. Ia tak mampu melukaiku, tetapi ia tega melakukan keinginan jahatnya agar aku gagal menjadi anggota dewan.
Sudah. Cukup cintanya sampai di sini. Aku tak bisa membayangkan, bagaimana jika kelak menjadi pasangan hidupnya.
Aku memaafkannya, walau butuh waktu. Ia pernah mengisi hatiku, meski aku belum sempat menerima lamarannya. Cintanya tak sampai. Aku harus lebih mawas diri. Siapa tahu, ia akan datang lagi padaku. Ia bisa menjadi lebih menakutkan. Cinta yang tak sampai, bisa menjadi tanda bahaya. Aku harus lebih hati-hati padanya.
Syukurlah, Tuhan masih sayang memberikan pertanda dengan peristiwa ini.
Oh, Anggara, sebenarnya setelah pencalonan selesai dan aku terpilih menjadi anggota dewan, aku berencana menerima lamaranmu. Semua sudah berakhir.
Orang yang memiliki ketangguhan pribadi tak akan pernah sakit hati. Ia tak akan mengijinkan hatinya untuk disakiti. Ia mampu memilih respon sesuai prinsip.
Aku tatap masa depan, berharap lebih cerah dari sebelumnya. Masa-masa tak menyenangkan, akan segera terlupakan. Pasti Tuhan memiliki rencana yang lebih indah buatku.
***
Semarang, 5 Agustus 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H