Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Suatu Pertanda

5 Agustus 2023   10:14 Diperbarui: 5 Agustus 2023   14:49 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay.com.

Oh, mengapa juga aku tadi tak mengindahkan nasihat Anggara untuk tidak pergi? Padahal ia sudah berpesan, jangan pergi sebelum ia menjemputku.

Panggilan itu! Setelah seseorang menepuk pundakku. Ia mengatakan aku harus mengikutinya.

"Ini adalah urusan penting. Ada hubungannya dengan masa depan pencalonan sebagai anggota legislatif. Ibu harus mengikuti saya," katanya. 

Mengapa aku begitu saja mempercayainya? Biasanya aku tidak begitu. Entahlah.

Setelah terpilih sebagai calon anggota legislatif, aku merasa diriku tak lagi menjadi milik diri sendiri. Itulah mengapa aku lebih terbuka. Termasuk pada hari itu cepat mempercayai orang lain. Atau karena pengaruh hipnotis?

***

Ruangan ini berukuran 3x4 meter. Lumayan lebar untuk ukuran sebuah ruangan. Dengan satu meja kerja dan kursi utama. Kemudian di ujung sana ada beberapa kursi tunggu. Entah tempat apa ini, tetapi aku yakin ini adalah sebuah ruang kerja. 

Aku seperti orang linglung, terduduk di satu kursi dengan tangan terikat. Sendirian. Hei, salah apa aku? Mengapa aku diperlakukan seperti ini? 

Sempat ingat tadi bertemu tiga orang tak dikenal. Apakah mereka yang melakukan hipnotis dan membawaku ke sini? Mengapa mengikatku? Aku tak mendapati luka yang ada di badan. 

Aku yakin ini adalah sebuah penculikan. Tujuannya apa menculikku? Ini pasti ada hubungannya dengan pencalonanku sebagai anggota dewan.

Baik, baik. Tetapi aku harus meloloskan diri dari tempat ini. Besok aku memiliki acara penting. Berkampanye sesuai dengan jadual milik partai. Jika tidak, pencalonanku dibatalkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun