"Dua, ya."
Kendaraan kami berhenti di bawah sebuah pohon rindang. Penjual Mie Kopyok mengikuti dengan parkir di belakang kami. Saya turun menghampiri.
"Dua, pak," kata saya mengulangi permintaan suami.
"Pedas?"
Saya melongok ke arah panci yang mengepulkan asap panas dari seduhan air yang berada di dalamnya.
Beberapa cabai rawit pedas ada di dalam panci, yang diletakkan di atas saringan berisi air mendidih dengan mengepulkan asap panas.Â
"Satu saja cabainya."Â
Ya, masing-masing satu porsi memakai satu cabai agar tak terlalu pedas. Itupun saya rasa sudah cukup pedas karena memakai cabai rawit jenis pedas.
Penjual menyiapkan dua piring dan menghaluskan cabai rawit dengan sendok. Kemudian ia mengambil gayung panjang kecil khusus. Dengan cekatan ia memasukkan mie kuning dan kecambah dari kotak gerobak.Â