Kenangan yang mengubah hidupku, tak mampu aku ingat. Tetapi, ada satu hal yang tak mampu kulupa. Tentangmu! Ya, segala kenangan yang bersentuhan denganmu, masih tetap ada dan bergumul dalam benakku.
***
"Apakah bintang benar-benar cantik?" tanyaku sendu, sambil menatap langit yang tertutup awan. Bintang-bintang tak tampak, maka aku menanyakan itu padamu.
"Iya, jika itu di Kota Cahaya." jawabmu.
Hari semakin dingin, tampaknya hujan segera datang. Angin tak lagi sepoi, menderu sesekali menampar pipi, hingga menguraikan rambut sebahumu menjadi porak poranda. Kemudian kamu dengan sengaja menatanya kembali dengan tanganmu yang lentik bagai sebuah sisir.
Terdengar suara sesegukan yang tertahan, seperti gelombang pantai yang tertahan kemudian kembali ke lautan, padahal kita sedang di sebuah taman bunga yang indah dengan lampu-lampu berwarna-warni.
"Mendekatlah, sebentar lagi angin datang. Udara akan semakin dingin membekukan." pintaku. Kamu tak mengelaknya, lalu mendekat kepadaku.
Sementara suasana malam di taman semakin syahdu oleh alunan deru angin. Taman dimana kita biasa bertemu, dekat kantor tempat kita bekerja. Ah, aku rasa taman ini merasa jengah, karena begitu seringnya menjadi curahan hati saat kita bertemu.Â
"Kita berbeda, Sakti. Mana mungkin bisa bersama. Sungguh, aku merasa kesakitan, saat harus mengatakan ini."
"Maka kamu tak perlu mengatakannya. Maafkan aku jika sering menyiakan kebaikanmu, Mayang. Aku tahu, apa yang ada dalam benakmu. Tetapi, aku mohon, tetaplah di sini untukku."