Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku, Kekasihku, dan Bintang di Nebula-nebula

16 Juni 2022   14:32 Diperbarui: 17 Juni 2022   15:44 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Foto: Wahyu Sapta.

Perpisahan ini memang amat menyakitkan. Aku tak mau mengalaminya.

"Tidak mungkin, aku bukan makhluk bumi." jawabmu. Lelehan bening mengalir pelan dari sudut mata indahmu. 

"Hei, yakinlah, mereka akan mengerti."

Bintang-bintang masih tak tampak. Tapi aku yakin, di salah satu nebula, bintang memiliki sinyal kuat untuk mendengarkan apa yang menjadi keinginanmu. Kota Cahaya yang kamu bilang indah bermandikan kelap-kelip tempatmu berasal, pasti akan memberikan kelonggaran khusus untukmu.

"Apalagi dengan penyakit amnesia yang kamu miliki, kamu akan mudah melupakanku." katamu.

Aku hanya bisa mengutuk penyakitku ini. Saat hujan deras datang, maka penyakit amnesia akan mendatangiku, melupakan semua yang pernah aku alami. Segalanya, juga ingatan tentangmu.

Tetapi seperti sudah ditakdirkan bersama, kamu akan datang kembali dan kembali. Bagai cinta pada pandangan pertama, kamu akan menemuiku, dan akan menjadi kekasihku kembali. Kamu berbeda. Itulah mengapa, meskipun aku mengalami amnesia, ingatan tentangmu kadang muncul kembali.

Aku merasa bahwa kita pernah bertemu sebelum ini. Aku merasa pernah dekat padamu, meskipun aku juga merasa bahwa kita baru pertama kali bertemu. Memang membingungkan. Tetapi kenyataannya, kamu akan datang saat dibutuhkan. Kamu seperti malaikat yang sengaja dikirimkan untukku.

"Sakti, aku akan pulang. Sinyal dari nebula-nebula semakin kencang. Aku tak bisa lagi bersamamu,"

Saat itu terakhir kalinya kamu mengatakannya sambil memelukku. Lalu hujan deras datang, yang meruntuhkan segala ingatanku.

Aku menangis sejadinya. Lelehan air mata tak tampak karena tersapu oleh air hujan. Kita menjelma menjadi orang lain kembali. Aku tak mengenalmu, asing bagiku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun