Perpisahan ini memang amat menyakitkan. Aku tak mau mengalaminya.
"Tidak mungkin, aku bukan makhluk bumi." jawabmu. Lelehan bening mengalir pelan dari sudut mata indahmu.Â
"Hei, yakinlah, mereka akan mengerti."
Bintang-bintang masih tak tampak. Tapi aku yakin, di salah satu nebula, bintang memiliki sinyal kuat untuk mendengarkan apa yang menjadi keinginanmu. Kota Cahaya yang kamu bilang indah bermandikan kelap-kelip tempatmu berasal, pasti akan memberikan kelonggaran khusus untukmu.
"Apalagi dengan penyakit amnesia yang kamu miliki, kamu akan mudah melupakanku." katamu.
Aku hanya bisa mengutuk penyakitku ini. Saat hujan deras datang, maka penyakit amnesia akan mendatangiku, melupakan semua yang pernah aku alami. Segalanya, juga ingatan tentangmu.
Tetapi seperti sudah ditakdirkan bersama, kamu akan datang kembali dan kembali. Bagai cinta pada pandangan pertama, kamu akan menemuiku, dan akan menjadi kekasihku kembali. Kamu berbeda. Itulah mengapa, meskipun aku mengalami amnesia, ingatan tentangmu kadang muncul kembali.
Aku merasa bahwa kita pernah bertemu sebelum ini. Aku merasa pernah dekat padamu, meskipun aku juga merasa bahwa kita baru pertama kali bertemu. Memang membingungkan. Tetapi kenyataannya, kamu akan datang saat dibutuhkan. Kamu seperti malaikat yang sengaja dikirimkan untukku.
"Sakti, aku akan pulang. Sinyal dari nebula-nebula semakin kencang. Aku tak bisa lagi bersamamu,"
Saat itu terakhir kalinya kamu mengatakannya sambil memelukku. Lalu hujan deras datang, yang meruntuhkan segala ingatanku.
Aku menangis sejadinya. Lelehan air mata tak tampak karena tersapu oleh air hujan. Kita menjelma menjadi orang lain kembali. Aku tak mengenalmu, asing bagiku.Â