Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Luna dan Labirin Ingatan

17 Oktober 2021   09:36 Diperbarui: 21 Oktober 2021   19:47 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Luna dan Labirin Ingatan. Ilustrasi: Foto Wahyu Sapta.

Rumah Bu Simon jauh dari hiruk pikuk penduduk. Rumah besar dengan gaya arsitektur lama. Gabungan bangunan dinding bata dengan batu alam yang bagus. Kokoh dengan taman luar rerumputan dan bebungaan. Mawar, bunga sepatu, bunga krisan, yang tertata rapi dan terawat. 

Hawa dingin sehari-hari di sekitar rumah mendukung bebungaan tumbuh subur. Bu Simon memang menggemari bunga dan tanaman menghijau. Dengan bantuan Pak Deden yang sudah lama ikut, taman selalu rapi dan subur hijau.

Satu hal yang tidak ia mengerti, terkadang Bu Simon melarang ia turut campur segala yang ada pada rumah itu. Bu Simon meenyuruhnya masuk ke kamar dan tidak boleh keluar kamar sebelum diizinkan.

Beberapa kali dalam sebulan, akan datang tamu yang diterima Bu Simon di ruang khusus. Luna tidak pernah tahu, sebenarnya apa yang terjadi.

Bu Simon juga sering pergi keluar rumah. Ada mobil dengan sopir Pak Danu siap mengantar kemana saja. Sedangkan urusan belanja memenuhi kebutuhan sehari-hari, Bu Simon juga jarang mengajaknya pergi. Hanya pada saat tertentu saja. Itupun bisa dihitung dengan jari. 

Luna semakin hari semakin curiga, mengapa ia berada di rumah Bu Simon. Apakah ini kesengajaan atau memang benar seperti apa yang diceritakan Bu Simon? 

Braaak!

"Melia, ada apa?" tanya Bu Simon. 

"Maaf, bu. Tidak sengaja menabrak tanaman ibu," kata Luna ketakutan.

"Lain kali tidak boleh begitu. Ayo beresi semua tanah dan pot yang kamu tabrak. Setelah itu, kamu masuk kamar." Kata Bu Simon sedikit membentak.

Tidak biasanya Bu Simon membentaknya. Tetapi tak sengaja tadi ia melihat dua orang yang keluar dari ruangan khusus Bu Simon menerima tamu. Sosok yang tidak asing buatnya, tetapi ia lupa, pernah bertemu dimana. Luna berpikir keras, tapi tetap tidak bisa mengingatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun