Apa yang terbayangkan saat orang menyebut nasi kuning? Ya, ulang tahun! Nasi kuning memang identik dengan perayaan ulang tahun seseorang.Â
Nah, di rumah, hari ini, ada yang sedang berulang tahun. Biasanya, saya memasak nasi kuning untuk mengingatnya. Memang sudah menjadi kebiasaan, yang saya tiru dari ibu.Â
Dulu, ibu saya juga begitu. Kalau ada yang berulang tahun, pasti memasak sesuatu yang lebih istimewa. Hanya sekedar pengingat, bahwa di rumah ada yang sedang berulang tahun.Â
Tidak ada pesta atau mengundang teman, melainkan menghidangkan sajian sederhana ala ibu saya, yang lebih istimewa dari hari biasa. Ibu senang memasak nasi gudangan dan ikan goreng untuk merayakannya. Lalu kami seluruh keluarga mengitari meja untuk makan bersama.Â
Nah, kebiasaan itulah yang saya tiru hingga sekarang. Jika ibu memasak nasi gudangan, saya memasak nasi kuning sebagai hidangan pengingat ulang tahun.Â
Saya hanya memasak untuk penghuni rumah saja. Tidak ada perayaan, hanya saling mengucapkan, "Selamat Ulang Tahun," dan makan nasi kuning bersama-sama.Â
Itu saja sudah membuat kami bahagia. Sederhana, bukan? Ya, ya. Bahagia itu memang sederhana dan simpel, karena ada cinta dan kasih sayang.
Ssst... ada juga alasan lain memasak nasi kuning, karena suami sering lupa tanggal lahir anggota keluarga. Makanya untuk mengingatkan dia, saya memasak nasi kuning. Kalau saya sibuk memasak nasi kuning, pasti dia bertanya, "Ada yang ultah ya?" Baru kemudian ingat, o iya, hari ini ultahnya (siapa). Begitu. Hehehe...
Yuk, mari kita mulai memasak!
Jadi, memasak nasi kuning itu tidak hanya memasak nasinya saja, melainkan juga uborambe atau pelengkapnya. Antara lain ayam goreng, kering tempe, perkedel kentang, dan telur dadar. Jangan lupa, tambahkan abon, kedelai hitam goreng, timun, tomat, dan seledri sebagai penambah sajian agar mengundang selera.
Nah, saya akan berbagi resep nasi kuning dengan pelengkapnya, ya.Â