Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Mencicipi Sayur Sintrong dengan Bumbu Rujak

7 November 2020   09:43 Diperbarui: 7 November 2020   13:04 1183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siapkan bahan dan bumbunya, ya. | Foto: Wahyu Sapta.

- Siap dinikmati bersama nasi putih dan beberapa gorengan.

Taraaa... siap dinikmati bersama nasi putih hangat dan gorengan. Sedap sekali, loh. | Foto: Wahyu Sapta.
Taraaa... siap dinikmati bersama nasi putih hangat dan gorengan. Sedap sekali, loh. | Foto: Wahyu Sapta.
Simpel dan mudah, bukan? Murah meriah. Sajian istimewa karena mendapatkannya juga dengan cara yang istimewa. Tidak dijual di pasar, melainkan pemberian, mengambil dari tumbuhan liar yang ada di tanah lapang. 

Rasa dari sayuran sintrong ini mirip-mirip sayur bayam. Hanya agak beraroma seperti sayur kenikir tetapi aromanya lebih ringan. Tidak terlalu menyengat seperti kenikir. Cocok jika dipadukan dengan bumbu rujak. Pas. Segar dan pedas mantap. 

Manis dari sayur ini, juga cocok berpadu dengan gula merahnya. Asin manis gurih, karena seimbang dengan pemberian garamnya. Hem, sedap.

Menurut wikipedia, sayuran Sintrong (Crassocephalum crepidioides) memiliki banyak khasiat sebagai bahan obat tradisional. Seperti mengatasi gangguan perut, sakit kepala, luka. Sintrong bersifat sedikit astringen dan netral. Antiradang, hemeostatis, tonikum, pencahar, dan emetik (perangsang muntah). 

Juga bisa digunakan untuk mengobati demam, radang amandel, dan eksem. Meskipun demikian, kata wikipedia juga, tumbuhan ini ditengarai mengandung alkaloid pirolizidina yang bisa memicu tumor. 

Ternyata fifty-fifty. Ada kegunaan dan efeknya. Tetapi jika saya lihat, mereka tetap sehat. Karena katanya, sayuran ini sering mereka konsumsi dan merupakan sayuran favorit yang murmer. 

Beruntung sekali saya bisa merasakan sayur sintrong yang sangat jarang ditemui di khalayak umum. Hanya di tempat tertentu, karena sintrong adalah tumbuhan liar dan hanya beberapa orang yang tahu, ternyata tumbuhan ini bisa dimakan. 

Siapa sangka tumbuhan liar yang berbunga cantik ini bisa dimakan daunnya. Tentu saja yang masih muda ya. | Foto: Wahyu Sapta.
Siapa sangka tumbuhan liar yang berbunga cantik ini bisa dimakan daunnya. Tentu saja yang masih muda ya. | Foto: Wahyu Sapta.
Siapa sangka tumbuhan ini bisa dimakan? Kapan lagi bisa mencicipi sayur ini? Kalau saya ingin mencicipinya kembali, bakalan balik ke sana dan mereka dengan senang hati mencarikannya kembali. Mereka berjanji begitu. 

Menyenangkan bisa mengenal orang yang baik hati. Jika baik pada orang, timbal baliknya juga kebaikan. Menurut saya itu sudah pakemnya. Kebaikan akan berbalas kebaikan. Jika sebaliknya, kebaikan berbalas keburukan, maka itu diluar pakem. Semoga saya tidak begitu deh. Berharapnya tetap dalam kebaikan. Aamiin.

Nah, untuk itulah, ada masanya kita butuh bepergian mencari udara segar di akhir pekan, sekadar mencicipi kuliner baru, atau boleh apa saja. Bisa bepergian kemana yang dimau, tempat refreshing yang cocok sesuai keinginan. Ayok!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun