Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Menikmati Sepiring Gendar Pecel di Sela Memancing

12 Januari 2020   22:19 Diperbarui: 14 Januari 2020   16:09 1346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seporsi Gendar Pecel, sedap dan rasa pedesaan. (Dok. Wahyu Sapta).

Mereka masih asyik dan saya membiarkannya. Nanti saat mereka sudah merasa puas, pasti akan mengajak pulang. Sayapun menuju warung Bu Pariyah kembali. Duduk dan mengajaknya ngobrol. Dari tadi saya perhatikan ia begitu sibuk melayani pembeli, yang kebanyakan adalah pemancing. Bahkan tetangganya banyak juga yang membeli gorengan. 

Ia sempat keteteran karena tidak ada yang membantu. Beberapa orang harus kecewa karena gorengan belum matang. Ia bilang, ini hari Minggu, maka ramai pembeli dan pemancing yang berkunjung. Dan biasanya ada anaknya yang membantu. Sedangkan hari itu anaknya ada kepentingan lain sehingga tidak bisa membantu.

Saya melihat ada durian yang tergantung di depan warung. Kata Bu Pariyah, tinggal satu. Saya bertanya, yang itu harganya berapa? 80.000 rupiah. Ini durian enak. Meskipun dalamnya putih, tapi manis sekali. Durian berpindah tangan, akan saya bawa pulang ke rumah. 

Durian ini seharga 80.000 rupiah. Rasanya manis. (Dok. Wahyu Sapta).
Durian ini seharga 80.000 rupiah. Rasanya manis. (Dok. Wahyu Sapta).
Akhirnya, kedua lelakiku yang memiliki hobi sama, merasa cukup dan mengajak pulang. Syukurlah. Jadi saya tak perlu lama-lama membatu dan berlumut. Ikan ditimbang satu setengah kilo dengan harga 35.000 rupiah perkilo. Masih mentah dan saya harus memasaknya saat tiba di rumah. 

Saatnya pulang. Dan sesuai janjinya, maka kami mampir membeli durian. Padahal tadi saya sudah kepencut durian ketika di warungnya Bu Pariyah. Wah, ia menepati janjinya. 

Kami berhenti di sebuah kios durian. Saya minta satu dibuka dan makan di tempat. Warnanya putih. Dan wow, manis sekali. Ketika saya bertanya pada penjualnya, ini durian apa?

Ia hanya tersenyum, dan menjawab, "Kalau orang sini lebih mengenal ini adalah durian kangen." Lalu kami ikutan tersenyum. Terserah dirimu deh, bu. Karena saya tidak hapal dengan jenis durian, maka manut saja. 

Durian Kangen dari Brongkolan Jambu Kabupaten Semarang. Meskipun putih warnanya, tetapi manis rasanya. (Dok. Wahyu Sapta).
Durian Kangen dari Brongkolan Jambu Kabupaten Semarang. Meskipun putih warnanya, tetapi manis rasanya. (Dok. Wahyu Sapta).
Durian bisa dimakan di tempat. Sedap. (Dok. Wahyu Sapta).
Durian bisa dimakan di tempat. Sedap. (Dok. Wahyu Sapta).
Kami pulang dengan membawa tiga durian yang telah dikupas dan satu makan di tempat dengan harga 150.000 rupiah. Lebih murah dari yang tadi saya beli di warung. Tetapi memang lebih kecil. 

Alhamdulillah, pulang ke rumah dengan suasana yang lebih segar. Mengenal kuliner Gendar Pecel dan durian dari Desa Brongkol Jambu Semarang. Dan keesokan harinya, kami bertiga kembali kepada rutinitas seperti semula. 

Pemandangan yang indah dengan udara yang masih bersih, membuat kita segar kembali. Senyum manispun terjelma. (Dok. Wahyu Sapta).
Pemandangan yang indah dengan udara yang masih bersih, membuat kita segar kembali. Senyum manispun terjelma. (Dok. Wahyu Sapta).
Salam,
Wahyu Sapta.
Semarang, 12 Januari 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun