Setelah lama bergaul dengan turis, sedikit banyak saya jadi hapal dengan karakter mereka. Jadi, ceritanya saya sering bertemu turis dari berbagai negara. Amerika, Jerman, Inggris, Perancis, Korea, Jepang, Zibabwe, Venezuela, dan masih banyak lagi. Ciiee... Dalam rangka apa? Emotion senyum.
Baruna Point, adalah sebuah bangunan yang berada di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Bangunan pertama yang bisa dituju oleh turis mancanegara sesaat setelah keluar dari Terminal Kedatangan Internasional, tempat bersandarnya kapal. Turis turun dari kapal, biasanya akan tour ke Borobudur, Kota Lama, dan tempat wisata terdekat di Semarang.
Ceritanya panjang, hingga saya bisa mendapat tugas menjaga toko. Singkat cerita, saya yang menentukan harga, dan bahan apa saja yang pantas untuk isian toko, sesuai dengan selera turis. Kadang-kadang, untuk mencari bahan batik dan yang lainnya, hingga toko ini berdiri, saya mengambilnya dari Semarang, Yogyakarta, Solo, dan Pekalongan. Dan ketika Pak Wawan dan istrinya Bu Nanies ke Bali, mereka membawa bahan yang bisa dipajang di toko. Apapun yang khas Indonesia, bisa menjadi isian toko.
Apa iya? Bahkan dengan tawar menawar itulah, mereka merasakan telah berbelanja di sini. Jika tidak menawar, berarti belum berbelanja.
Teori menawar setengah harga juga berlaku pada mereka, loh. Tak disangka, teori tersebut ternyata sudah mendunia. Ketika saya menawarkan sebuah baju batik dengan harga 20 dollar, mereka menawar 10 dollar. O, tidak. Padahal saya memberi harga tidak terlalu tinggi dari harga pokok. Saya termasuk orang yang tidak tegaan. Jadi jika memberi harga tinggi, rasanya tidak tega.
Terjadilah tawar menawar. Mereka merasa senang ketika mendapatkan harga yang sesuai dan berhasil menawar.
Bahkan ada juga yang merayu-rayu agar saya memberinya harga rendah. Padahal sebenarnya jika mereka membeli barang dengan harga yang saya berikan, mereka juga tidak keberatan dan mampu. Tapi seni tawar menawar itulah yang mereka cari. Setelah terjadi kesepakatan, mereka tertawa riang. Dan mengatakan, senang berbisnis dengan kamu. Mencapai harga yang disepakati dan saling senang.
Tetapi kalau terlalu rendah, saya tidak akan memberikan, karena tidak sesuai dengan harga dasarnya. Beberapa orang mengatakan, too much. Yang artinya terlalu mahal. Akhirnya mereka tidak jadi membeli. Tapi beberapa orang bahkan tidak menawar dan langsung menerima harga yang saya berikan. Yang begini ini yang saya cari. Hahaha... tetapi memang harga yang saya buat tidak mahal kok. Jadi, maklum saja, jika banyak yang cocok. Uhuks.
Turis Suka Diajak Ngobrol
Turis-turis ini, suka diajak ngobrol. Misalnya saya menjual sebuah hiasan yang bergambarkan wayang, maka dengan menambahkan cerita tentang tokoh wayang tersebut, mereka tertarik dan akhirnya membeli.
Atau batik, yang ini motif apa, dari mana, mereka menyimak. Mereka senang, saat mendapatkan barang dengan sebuah riwayat yang bisa diceritakan.
Bahkan karena senang, mereka tidak keberatan memberikan masukan-masukan untuk kebaikan TooKoo. Mereka memuji, bahwa barang yang ada di toko bagus. Saya sih senang dipuji oleh mereka. Meskipun saya tahu, beberapa dari mereka bersikap sopan dengan pujian itu. Tetapi kebanyakan tulus, sih.
Pernah ada yang menanyakan, "Mom, I want to ask you." Tanya apa pak? Ternyata ia penasaran sekali, kenapa ya, perempuan di Indonesia kebanyakan memakai kerudung? Apakah semua perempuan Indonesia itu berkerudung? Mungkin karena melihat saya yang berkerudung saat itu. Lalu saya menjawab, bahwa tidak semua memakai kerudung. Jika mereka yang berkerudung, berarti ia seorang muslim. Kami saling menghormati kok, pak. "Oh, I see." jawabnya puas. Saya sebisa mungkin bersikap hati-hati, karena merasa mewakili masyarakat di sini. Karena jika informasi yang saya berikan keliru, bisa jadi memberikan persepsi yang salah kepada mereka. Ya kan?
Turis Kadang Suka Bercanda
Turis juga suka diajak bercanda. Tidak serius banget. Namanya juga tour, berlibur, berwisata, jadi saatnya santai. Ada beberapa mereka mengikuti kondisi yang ada di negara ini. Misalnya saat dulu plastik dihargai 200 rupiah, mereka sambil bercanda, apakah tas plastik yang kami berikan dihargai? Padahal tas yang untuk belanjaan yang saya berikan terbuat dari kertas yang ramah lingkungan. Wah, mereka update, ya.
Atau juga saat saya minta foto bareng, mereka setengah geli. Ya, ya. Kebanyakan orang sini memang suka meminta foto bareng turis. Tetapi mereka tidak keberatan. Bahkan, mereka memotret juga di handphonenya untuk kenang-kenangan. Nah, kan. Jika menemui foto saya di luar negeri, berarti mereka pernah ke Indonesia dan bettemu dengan saya. Hahaha... saya becanda. Jangan diambil hati, ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H