Kemudian sate ayamnya. Sate ayam kampung, dagingnya empuk, tidak terlalu tebal sehingga matangnya pas. Manis dan bumbu meresap dalam daging. Ketumbarnya terasa. Manis gurihnya pas. Sedap dan lezat. Saat disatukan dengan bumbunya, sate ayam ini sungguh pas. Hem, pantas saja jika Blora terkenal satenya. Karena memang lezat dan klasik.Â
Saat saya mencicipi kuah opor, rasa kuahnya ringan, memakai santan encer dan segar. Tidak neg, jadi cocok jika digabungkan dengan sate. Kemudian saya menyiramkan kuah opor ke dalam piring yang berisi nasi dan sate. Rasanya? Enak dan lezat. Cocok.
Tak terasa tandas sudah nasi dan beberapa tusuk sate yang ada di hadapan saya. Hem, tertuntaskan rasa lapar saya dan rasa penasaran tentang Sate Ayam Blora.Â
Dan, eit! Masih ada satu keunikan lagi. Apakah itu? Jadi, saat kita makan, jangan sampai tusuk sate kita buang atau disembunyikan ke dalam saku ya. Hahaha... kok gitu?Â
Iya, ini berpengaruh pada saat menghitung harga. Harga dihitung dari jumlah tusuk sate yang kita makan. Penjual akan mengambil tusuk sate yang ada di piring, kemudian menghitungnya. Tidak tergantung berapa porsi, tetapi berapa tusuk. Unik ya?
Jadi, jika sedang berada di Blora, mampir mencicipi sate Blora. Unik dan lezat.
Ciao,Â
Wahyu Sapta.
Semarang, 12 Februari 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H