Beberapa kali, saya memang harus mengunjungi kota Blora untuk suatu urusan. Blora adalah sebuah kota kabupaten di Jawa Tengah yang banyak memiliki keunikan dan khas tersendiri.
Kota yang dijuluki Kota Samin ini, terkenal sebagai penghasil kayu jati pilihan. Juga memiliki makanan khas yang unik dan lezat rasanya. Seperti Tahu Telur, Soto Klethuk, Es Daun Jati, juga Sate Ayamnya.
Nah, ketika saya berkunjung ke sana untuk kesekian kalinya, saya ingin mencicipi sate ayam khas Blora. Konon katanya sate Blora itu enak dan khas, sehingga Blora juga dijuluki Kota Sate.Â
Pilihan saya jatuh pada warung makan Sate Ayam Kampung Pak Teguh yang berada di Jl. Pemuda 25 Blora. Lokasinya berada tidak jauh dari pusat kota alias Alun-alun Blora. Buka mulai pukul tujuh pagi hingga sepuluh malam. Kata kawan saya, ada yang unik dari warung makan sate di Blora ini. Saya pun penasaran. Apa sih keunikannya?
Ketika memasuki warung tersebut, ada salah satu keunikan. Di dinding warung tertempel kertas yang berisi angka-angka dengan tulisan tangan. Sepintas mirip kalender. Tapi angkanya banyak sekali. Setelah saya baca, ternyata tulisan itu adalah daftar harga.
Saya merasa berada di tahun yang sudah lama ketika membaca tulisan tersebut, karena menulisnya memakai tangan. Hahaha.... Dari harga lima tusuk hingga ratusan tusuk. O, begitu ya.
Nah ini. Keunikan lainnya. Ternyata terserah kita ingin makan berapa tusuk, tinggal mengambil dari piring yang berisi sate tersebut. Kemudian sate kita pindahkan ke dalam piring berisi bumbu sate yang disajikan di awal tadi.
Baru kali ini saya merasakan sate yang disiram dengan kuah opor. Tapi sih ini terserah selera pembeli. Jika tidak memakai kuah opor juga tidak mengapa. Tetapi karena penasaran, saya tetap memakai kuah opor.
Kemudian sate ayamnya. Sate ayam kampung, dagingnya empuk, tidak terlalu tebal sehingga matangnya pas. Manis dan bumbu meresap dalam daging. Ketumbarnya terasa. Manis gurihnya pas. Sedap dan lezat. Saat disatukan dengan bumbunya, sate ayam ini sungguh pas. Hem, pantas saja jika Blora terkenal satenya. Karena memang lezat dan klasik.Â
Saat saya mencicipi kuah opor, rasa kuahnya ringan, memakai santan encer dan segar. Tidak neg, jadi cocok jika digabungkan dengan sate. Kemudian saya menyiramkan kuah opor ke dalam piring yang berisi nasi dan sate. Rasanya? Enak dan lezat. Cocok.
Tak terasa tandas sudah nasi dan beberapa tusuk sate yang ada di hadapan saya. Hem, tertuntaskan rasa lapar saya dan rasa penasaran tentang Sate Ayam Blora.Â
Dan, eit! Masih ada satu keunikan lagi. Apakah itu? Jadi, saat kita makan, jangan sampai tusuk sate kita buang atau disembunyikan ke dalam saku ya. Hahaha... kok gitu?Â
Iya, ini berpengaruh pada saat menghitung harga. Harga dihitung dari jumlah tusuk sate yang kita makan. Penjual akan mengambil tusuk sate yang ada di piring, kemudian menghitungnya. Tidak tergantung berapa porsi, tetapi berapa tusuk. Unik ya?
Jadi, jika sedang berada di Blora, mampir mencicipi sate Blora. Unik dan lezat.
Ciao,Â
Wahyu Sapta.
Semarang, 12 Februari 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H