Aku mengangguk. Sembari makan kupikirkan lagi segala apa perkataan ibu. Tentang segala kebaikan yang telah diberikan ibu kepadaku. Juga ayah.
***
Tekatku sudah bulat. Aku harus menghentikan semua ini. Aku sudah muak dengan diriku sendiri. Aku sudah tak mampu lagi berbohong pada ayah dan ibu. Kulangkahkan kaki menuju rumah Puguh.
Ketika sampai, ada anak-anak lain berkumpul. Duh. Terlambat. Mereka sudah bersiap naik di atas motor masing-masing.
"Puguh, aku...."
"Cepat, Beng. Ambil parang itu. Minum ini!" perintahnya.
Puguh mencekokku dengan minuman keras. Badanku yang kerempeng tak mampu melawan tubuh tambun Puguh.
"Ayo, naik. Bonceng di belakang. Teman yang lain menunggu!"
Kejadian ini begitu cepat. Tak memberi waktu untukku berpikir panjang. Tak ada pilihan lain kecuali mengikuti kemauan Puguh dan teman lain.
***
Lamat-lamat aku dengar suara simpang siur.