Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Zang dan Fe, Menaklukkan Dunia dalam Cinta

2 Oktober 2018   17:03 Diperbarui: 2 Oktober 2018   19:41 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Betapa ini suatu kebetulan, keindahan yang diagungkan olehmu berangsur menyurut. Kamu akan terus berjalan, sementara aku diam saja. Bagai sebuah batu yang teronggok di sebuah tempat yang indah meski perih di rasa. Di dera sebuah dingin dan angin yang menerpa, tak mampu menggoyahkan tempatku berada.

Tak terusik perasaan apapun yang kamu bangun dengan sepotong hati yang tersisa. Makin membumbung rasa yang pedih ini. Hembusan katamu, yang mengatakan aku cinta kamu, tapi tak pernah bersemanyam lama, hanya sebentar dan pergi.

Berhentilah sejenak, aku memohon padamu, berhentilah sejenak, agar aku bisa merapatkan hati, lalu mengatakan pula, kamu adalah belahan jiwa. Aku tak akan berpaling darimu. Hanya kamu. Adakah waktu yang tak berbatas untukku, untuk merasa bahagia, saat aku jatuh cinta, saat aku terbang jauh ke sana, selalu denganmu. Hanya saja, itu tak pernah ada.

O, tak sanggup, aku tak sanggup.

Kecuali kepada embun malam, aku telah terlanjur membencinya. Aku terlanjur membenci kebahagianmu. Aku terlanjur membenci kebinasaan larutnya cintamu, sedang aku sulit melupakanmu. O, betapa aku tak sanggup. Apa arti keabadian bagi kita? Terlalu dalam rahasianya. Cinta, sekali menyala, begitu terbentang menuju binasa. O, aku tak sanggup, tak sanggup. Aku tak sanggup melukaimu terlalu dalam. Kamu begitu sempurna, sedang aku tidak.

***

Fe, benar-benar tak habis pikir. Mengapa Zang tak pernah bilang bahwa ia sakit? Mengapa? Padahal selama ini ia menyangka, Zang berubah. Tak mencintainya lagi seperti dulu. Ia salah. Zang menutupi sakitnya demi cintanya pada Fe.

Dengan hati cemas dan gundah, Fe segera menuju rumah sakit dimana Zang dirawat. Ia naik sepeda motor dengan kecepatan tinggi yang ia mampu.

***

Ciiiiitt... Brakkk....

Kemudian banyak orang berkerumun. Beberapa orang mendekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun