Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Bunga-bunga Bermekaran, Apa Kabarmu Hari Ini?

27 September 2018   15:36 Diperbarui: 27 September 2018   18:59 1624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keheningan melanda keduanya. Kekasih Putik yang sebenarnya berat untuk megatakan yang sesungguhnya. Tetapi keharusan demi masa depan, bahwa jika hubungan keduanya diteruskan, ia takut tak mampu melindungi Putik dengan baik.

Memang perbedaan keyakinan diantara keduanya tak bisa dipungkiri. Masalah yang tak pernah selesai. Bahkan jalan keluar yang mereka reka-reka belum mampu menyatukan keduanya. Masih ada kegamangan diantara keduanya. Berat jika harus memilih diantara satu. Ia menyayangi Putik. Tetapi ia belum sepenuhnya rela jika harus menyamakan keyakinan yang ada. Menemui jalan buntu, ia memilih menjauh sementara waktu. Meski ia tahu, hati Putik yang selembut sutra, akan mudah terluka.

***

"Putik, ayo kita pulang. Hari semakin sore, aku rasa senja akan tiba, gelap akan datang," seru temannya dari kejauhan. Putik hanya menengok sebentar. Kemudian memandangi lautan. Sebenarnya ia masih ingin melampiaskan sendu hatinya. Tapi ia tak enak hati dengan teman-temannya. Baiklah. Saatnya pulang. Apalagi sore akan datang. Ia takut kemalaman sampai rumah.

Saat perjalanan pulang, ia menemui kebun bunga berwarna-warni yang sengaja ditanam oleh pengelola wisata pantai ini. Oh, bunga matahari. Juga bunga Celosia yang berwarna kuning dan merah. Sedang mekar. Aduhai cantik sekali.

Putik terpana akan keindahan itu. Juga kelima temannya. Mereka berhenti, untuk berfoto. Dengan latar belakang taman bunga yang sedang bermekaran.

Sungguh, membuatnya melupakan sejenak masalah yang ada di hatinya. Masalah dengan kekasihnya, ia pasrahkan pada waktu. Jika ia memang berjodoh, bukankah akan bertemu kembali? Ia tak akan memaksakan diri dan kekasihnya untuk menyatu kembali. Biarlah alam yang menjaga cintanya.

Jika ia mencintai, tetapi menemui penghalang, maka akan menemui jalan buntu. Meskipun ia berusaha untuk melewati penghalang itu, tetapi langkah mungilnya tak akan sanggup. Kecuali jika kekasihnya mau dan menemuinya. Tetapi...

"Putik, ayo, kita selfie dulu. Aduh, bagus banget latar belakangnya. Saat menjelang senja begini, cocok banget deh buat berfoto," seru Onik salah seorang temannya. Keceriaan pecah oleh teriakan histeris teman-teman Putik.

Mereka menyukai hasil foto yang sangat berwarna di layar handphone mereka. Memang bagus sekali hasil foto itu. Apalagi semburat oranye dari sinar matahari yang menuju senja, memberi sentuhan syahdu.

Sheila temannya, lalu membagikan foto itu di istagramnya. Dengan sebuah tulisan yang pasti akan membuat temen mayanya kepo. Dimana mereka berfoto? Shareloc dong. Kapan-kapan teman mayanya juga akan berkunjung ke sana. Begitu komentarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun