Acara pernikahan ini dimulai. Danang telah duduk di tempat mimbar tempat pernikahan. Ayah telah siap ada di sana. Penghulu dan saksi telah ada. Ayah sendiri yang akan menikahkan.
Hatiku mulai tak karuan. Aku merasa mengkhianati Pandu. Oh, Pandu. Kau berada di mana? Pada saat begini, aku sangat mengharapkanmu. Janji setiaku padamu telah terkoyak olehku sendiri. Dua tahun belum berlalu. Baru memasuki tahun pertama dan aku sudah tak setia. Maafkan aku, Pandu! Maafkan aku!
Tak terasa air menetes di pipi.
***
"Saya terima nikahnya Agnes Rahayuningtyas binti Irwansyah dengan mas kawin seperangkat alat salat dibayar tunai." katamu dengan sedikit nervous dan tangan yang menjabat dengan tangan ayah. Aku sangat mengenal suara itu. Suara dari lelaki yang aku cintai.
Kemudian terdengar suara "sah... sah..." membahana di setiap sudut ruangan mimbar.
Ia telah sah menjadi suamiku.
Dan, hei, Pandu yang menjadi suamiku. Bukan Danang. Aku masih tak mempercayainya. Sungguh. Ini adalah sebuah anugerah yang sulit kupercaya. Aku bahagia.
Jadi, sebelum acara pernikahan diriku dan Danang, ada sedikit keributan di luar. Hingga mengacaukan acara. Pandu datang. Ia memaksa masuk ke ruangan dan mendesak agar acara pernikahan ini dibatalkan. Danang tampak lega. Ia segera menjabat tangan Pandu. Lalu memberikan tempat untuk Pandu menggantikan posisinya. Lalu ia membisikkan kata, "Terimakasih kau telah datang tepat waktu."
Lalu Danang menuju Nadia yang juga hadir dalam acara pernikahan ini.
***