Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Menepilah Sejenak Denganku

5 Juli 2018   14:47 Diperbarui: 7 Juli 2018   03:11 3499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya bisa saja aku memberontak. Ayah tak pernah bilang padaku, bahwa aku telah dijodohkan dengan Danang.

Aku telah lama mengenal Danang. Ia adalah sahabatku sejak masih kecil. Karena ayahnya adalah sahabat ayahku. Dan beberapa kali bertemu dengan om Yusuf, sahabat ayah.

Aku dan Danang bersekolah di tempat yang sama. Dari SD hingga SMA. Ketika akhirnya kuliah harus terpisah karena berbeda kota. Aku di Semarang dan Danang Yogyakarta.

Tak ada yang berubah. Danang tetap menjadi teman baikku. Ia adalah orang yang baik. Sangat perhatian denganku. Juga care terhadapku. Ia memandangku bagai adik kecilnya. Karena ia tak memiliki adik.

Hingga suatu saat, setelah selesai wisuda, ayah bercerita padaku. Kami berdua, aku juga Danang dipertemukan oleh orang tua kami. Kami seperti dibawa ke sebuah sidang besar. Sebuah sidang keluarga. Mereka mengatakan bahwa kami telah dijodohkan. Bagai sebuah gemuruh. Datang tiba-tiba. Sangat mengagetkanku. Bagaimana tidak? Aku menganggap bahwa Danang adalah kakak sendiri. Tak lebih.

Tetapi orang tua kami beranggapan lain. Mereka sangat senang, ketika kami selalu dekat dan selalu bersama. Mereka mengira kami berpacaran.

Oh, bagaimana mungkin? Aku telah memiliki Pandu. Sedang Danang telah memiliki Nadia? Bahkan kami berempat bersahabat? Bagaimana aku bisa menjelaskan kepada Pandu? Lalu bagaimana dengan Nadia? Gadis lembut pilihan Danang?

Bahkan Danang pun bingung. Harus berkata apa kepada Nadia. Ia tak akan bisa menyakiti hati Nadia. Gadis yang dicintainya.

Pandu akhirnya bisa mengerti, meski sangat menyesakkan hati. Aku tak bisa menerimanya. Tetapi Pandu berhasil meyakinkanku. Bahwa tak baik menentang orang tua. Yang telah membesarkanku selama ini. Tetapi bukankah ini tentang masa depanku? Tentang kebahagiaanku? Tentang rasaku? Tentang hatiku? Mereka tak akan mengertinya.

"Sudahlah, Agnes. Mungkin kita belum berjodoh," katanya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun