Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami Artikel Utama

Cerpen | Denada

30 Mei 2018   11:04 Diperbarui: 30 Mei 2018   16:39 2498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pixabay.com

"Nggak papa, bu. Biasa saja. Dena senang kok."

Bukan apa-apa, Denada bukan anaknya sendiri. Kalau ia sakit bagaimana? Sudah dua minggu terakhir Dena menginap di rumahnya. Bu Astrid tidak keberatan. Tetapi kalau orang tuanya mencari?

Denada beberapa bulan lalu, pernah KKN di sini dan tinggal bersama lima temannya. Ketika KKN telah berakhir, entah mengapa ia kembali lagi ke sini. Saat ditanya, ia mengatakan ingin mencari ketenangan. Bu Astrid senang. Apalagi saat Denada meminta izin untuk memberi pelajaran iqra untuk anak-anak di sini. Jelas ia tak akan keberatan.

Yang dicari Denada adalah ketenangan. Hal inilah yang tak ia dapatkan saat berada di rumahnya sendiri. Orang tuanya terlalu sibuk. Memang saat meninggalkan rumah, berpamitan. Ia tak mau dicap sebagai anak durhaka. Ia hanya mengatakan tidak usah dicari. Karena ia akan baik-baik saja, karena berada di tempat bu Astrid. Beberapa kali mamanya meminta agar Denada pulang. Tapi dirinya belum siap. Ia masih menata hati.

Lamunannya terhenti. Bu Astrid mengajaknya sarapan.

***

"Permisiiii..."

"Iya sebentar."

Ada tamu. Siapa pagi-pagi begini datang. Tetapi suaranya seperti kenal. Batin Denada. Ia merapikan hijabnya, ketika hendak keluar dari kamar menuju ruang tamu.

"Mas Pring?" serunya kaget.

"Syukurlah. Akhirnya aku bisa ketemu kamu Na. Sudah kuduga, kamu pasti bersembunyi di sini. Mama nggak bilang jika kamu di sini. Cuma bilang, kamu baru nggak mau diganggu. Hei, sejak kapan kamu pakai hijab?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun