Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Jajanan Pasar, Kuliner Tradisional Indonesia yang Melegenda

2 Maret 2018   07:09 Diperbarui: 3 Maret 2018   05:41 8922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kuliner tradisional (TRIBUNSOLO.COM/BAYU ARDI ISNANTO)

Seperti kita ketahui bahwa bangsa Indonesia memiliki kekayaan yang berlimpah ruah. Baik itu kekayaan alam, warisan budaya dari Sabang sampai Merauke juga warisan kuliner yang patut diacungi jempol.

Sejak zaman nenek moyang, para pendahulu kita mewariskan semua itu kepada anak cucunya. Termasuk warisan kuliner Indonesia yang berupa kudapan yang sekarang banyak kita jumpai sebagai jajanan pasar.

Jajanan pasar pada zaman dulu merupakan kudapan yang biasanya dihubungkan dengan suatu acara atau ritual. Kudapan ini, untuk hantaran atau bancaan, yang memiliki perlambang dengan kejadian tertentu. Misalnya syukuran menikah, mitoni, melahirkan, sembuh dari sakit atau acara keagamaan.

Perlambang itu dimaksudkan sebagai wujud rasa syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa. Jajanan pasar dihantarkan kepada tetangga sekitar, bebarengan dengan nasi tumpeng atau nasi bancaan dalam satu wadah.

Bahan dasar dari jajanan pasar itu sendiri, biasanya memakai bahan yang mudah didapat di sekitar rumah. Yaitu bahan dari hasil kebun sendiri dan hasil pertanian. Misalnya beras, beras ketan, jagung, umbi-umbian, ketela, kelapa dan gula merah. Hampir di setiap wilayah Indonesia, mengenal bahan dasar tersebut.

Tiap daerah, memiliki warisan kuliner jajanan pasar yang hampir mirip, meski dengan nama yang berbeda-beda. Cara memasaknya juga hampir sama. Ada yang direbus, dikukus ataupun digoreng. Sesuai khas masing-masing daerah.

Beberapa jajanan pasar tersebut, misalnya apem, klepon, berbagai jenis bubur, nagasari, onde-onde, gethuk, pisang goreng, lemper, plered, lepet jagung, cenil, lopis, kue lapis dan masih banyak lagi. Jajanan itulah yang banyak kita jumpai saat ke pasar. Jajanan yang merupakan kudapan melegenda.

Dibuat secara turun temurun dengan resep yang sama dan diwariskan secara turun temurun pula dari generasi ke generasi. Meskipun sekarang makin banyak variasi jajanan yang merupakan adaptasi luar, tetapi jajanan pasar tetap digemari.

Selain kudapan jajanan pasar, ada warisan kuliner Indonesia, yang tidak dijual di pasar tetapi hanya sebagai hantaran pada saat acara tertentu saja. Misalnya bubur suro. Bubur yang khusus dibuat pada saat bulan Sura atau 1 Muharam. Tujuannya untuk memperingati tahun baru Islam. Meskipun sekarang sudah sangat jarang, tetapi beberapa masyarakat masih membuatnya.

Nah, saya ingin mencoba berbagi resep dua jajanan pasar yang banyak kita jumpai di beberapa pasar tradisional di berbagai daerah di Indonesia dan bubur suro. Warisan ini saya dapatkan secara turun temurun. Meskipun dengan adaptasi sesuai kreasi saya, tetapi masih tetap sesuai dengan resep aslinya.

1. Klepon

Kudapan klepon berbahan dasar tepung ketan. Bentuknya unik, bulat berbalur kelapa parut. Memiliki rasa kenyal, disertai kejutan rasa manis dari gula merah yang meletus saat digigit. Juga rasa gurih dari kelapa parut yang menyelimuti klepon. Konon, klepon ini dibuat sebagai hantaran yang dibagikan kepada tetangga sebagai ungkapan rasa syukur atas sembuhnya penyakit, terutama sakit bisul yang sudah meletus, yang artinya sudah sembuh.

Klepon memiliki rasa kenyal, ada kejutan rasa manis dari gula merah yang meletus saat digigit. (Dokpri).
Klepon memiliki rasa kenyal, ada kejutan rasa manis dari gula merah yang meletus saat digigit. (Dokpri).
Bahan:

- 500 gram tepung ketan

- 150 gram gula merah yang sudah disisir

- 1 sendok makan air kapur sirih

- air hangat secukupnya

- pewarna makanan hijau secukupnya

- kelapa parut secukupnya

Cara membuat:

- Uleni tepung ketan dengan air hangat, air kapur sirih dan pewarna hingga menjadi adonan kalis yang bisa dipulung. Ambil sedikit adonan sebesar kelereng, pipihkan, isi dengan gula merah ditengahnya, kemudian bulatkan hingga gula merah tertutup dengan adonan. Lakukan hingga adonan habis.

- Siapkan air dalam panci, biarkan mendidih terlebih dahulu. Setelah mendidih, masukkan adonan klepon yang sudah berisi gula merah. Rebus klepon hingga mengapung, pertanda bahwa klepon sudah matang. Jangan sampai meletus ya, karena nanti akan mengubah bentuk dari klepon. Jika sudah mengapung, angkat dan tiriskan.

- Siapkan kelapa parut dalam piring. Gulingkan klepon yang sudah matang tadi hingga berbalur kelapa di seluruh permukaan.

- Sajikan klepon dalam wadah daun pisang yang dibuat seperti mangkok. Siap dinikmati.

2. Lepet/Lemet Jagung

Lepet jagung, adalah kudapan yang rasanya manis dan gurih. Aroma jagungnya semakin kentara, karena biasanya lepet jagung ini dibungkus dengan kulit jagung bukan daun pisang. Tetapi sekarang kita bisa mengkreasikannya dengan berbagai bentuk, asal tidak jauh dari rasa awalnya. Hanya bentuknya saja untuk mempermudah pembuatan dan penyajiannya.

Lepet/lemet Jagung, memiliki aroma yang khas, rasanya manis gurih. (Dokpri).
Lepet/lemet Jagung, memiliki aroma yang khas, rasanya manis gurih. (Dokpri).
Bahan:

- 5 buah jagung besar sedang, disisir dan dihaluskan, tidak halus benar

- 3 sendok makan gula pasir

- 1/2 butir kelapa parut

- 2 sendok makan tepung beras sebagai perekat biar tidak kempyar

Cara membuat:

- Jagung yang sudah setengah halus, dicampur dengan bahan lainnya. Aduk hingga merata. Bungkus dengan daun jagung hingga bahan adonan habis. Atau jika ingin praktis, tuangkan adonan lepet jagung dalam loyang yang sudah diberi alas daun jagung di dalamnya, kemudian dikukus. Kukus dalam panci dandang kurang lebih 30 menit hingga matang.

- Angkat dan tata dalam piring. Siap disajikan. Lebih nikmat bila disajikan dengan teh manis.

3. Bubur Suro

Bubur yang hanya ada di bulan Suro, dimaksudkan untuk memperingati 1 Muharam. Bubur dari bahan dasar beras dipadukan dengan toping kering tempe, telur dadar, abon atau suwiran ayam, perkedel kentang, kacang kedelai hitam dan kuah opor atau bisa tidak berkuah. Beberapa daerah memiliki khas yang berbeda-beda. Ada yang menggunakan sayuran dan ada yang tidak. Tergantung kreasi masing-masing.

Bubur Suro, hanya ada di bulan Sura, sebagai hantaran untuk tetangga sekitar. (Dokpri).
Bubur Suro, hanya ada di bulan Sura, sebagai hantaran untuk tetangga sekitar. (Dokpri).
Bahan bubur:

- 500 gram beras

- 1000 ml air

- 500 ml santan

- garam secukupnya

- daun salam atau daun pandan sesuai selera

Bahan toping:

- kering tempe yang sudah jadi dari satu papan tempe

- telur dadar dari 2 butir telur

- abon atau suwiran ayam secukupnya

- kuah opor secukupnya atau sesuai selera

- perkedel kentang

- sambal goreng kentang

- kacang kedelai hitam goreng

Cara Membuat:

- Bahan bubur, beras yang sudah dicuci, direbus dengan air, garam, daun salam/daun pandan hingga agak padat sambil terus diaduk. Kemudian, tuang santan sedikit demi sedikit sambil tetap diaduk hingga mengental. Jika terlihat sudah matang, angkat.

- Sajikan bubur di atas piring dan diberi bahan toping.

- Siap dihantarkan ke tetangga sekitar.

Nah, siapa lagi yang akan menjaga warisan kuliner yang demikian kaya rasa ini, jika bukan kita. Warisan yang patut dijaga hingga bisa sampai pada generasi selanjutnya. Jangan sampai warisan ini hilang karena kita lebih suka akan kuliner luar. Jajanan pasar harus tetap ada dan tetap menjadi kegemaran masyarakat karena memakai bahan dasar yang ada di sekitar. Kita patut bangga memilikinya.

Salam kuliner,

Wahyu Sapta.

Semarang, 2 Maret 2018.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun