SMA Ksatria 01, ruang kelas 10 IPA2. Ini adalah pelajaran matematika. Hening. Tak ada yang berani ramai, apalagi berisik. Coba berisik, bu Hesti pasti langsung marah. Tahu penyebabnya? Karena tak ada yang bisa mengerjakan soal yang diberikannya barusan. Termasuk Ahma, murid paling pandai di kelas ini.Â
Ya, ya, sebenarnya, saat Nancy melihat soal itu, ia bisa mengerjakan. Tetapi ia tidak berani tunjuk jari. Ia hanya segan. Bu Hesti galak, wajahnya cemberut. Suka marah-marah. Apalagi ia juga tak pernah terlihat "lebih" di mata guru dan temannya. Mana ada yang percaya bahwa ia bisa mengerjakan soal itu. "Sumpah ya, soal itu gampang banget," serunya dalam hati.
Sebenarnya ia sudah gatal untuk maju ke depan kelas, karena bu Hesti yang selalu marah-marah. Tetapi ia bertahan. Ia memang suka mager alias malas gerak kalau tidak disuruh maju. Hingga ia terkaget dengan suara menggelegar. Bu Hesti memanggil namanya!
"Nancy.... coba kamu maju, kerjakan soal ini!" kata bu Hesti. Dengan sedikit grogi, Nancy melangkah maju ke depan. Menuju papan tulis.
"Baik, bu."Â
Lalu dengan sigap Nancy mengerjakan soal matematika dengan cepat. Bu Hesti terlihat senang. Tetapi ia jaim. Bukan bu Hesti namanya kalau tidak galak. Mukanya tetap cemberut.
Heemm...Rasanya lega, lalu Nancy duduk kembali ke bangkunya.Â
"Nah, begitu. Nancy saja bisa mengerjakan soal ini dengan mudah. Kalian nggak ada yang bisa, termasuk kamu, Ahma," Bla..bla...bla...
Tuh kan, bu Hesti memang pemarah! Padahal kan Nancy bisa mengerjakan soal itu.
***
SMA Ksatria 01. Kantin. Seperti biasa, Nancy jajan semangkok kacang hijau dengan taburan es parut. Cukup buat mengganjal perutnya yang lapar. Pagi tadi terburu-buru hingga hanya sempat makan dua suap saja. Itupun maminya yang menyuapi. Sebenarnya ia malas untuk sarapan, tetapi maminya memaksa. Ya sudah, ia manut saja.
"Cieee yang bisa mengerjakan soalnya bu Hesti. Traktir kita-kita dong!" kata Dea, temannya yang paling tambun. Wajah Nancy hanya memerah. Ia tidak bawa uang saku lebih. Hanya cukup untuk satu mangkok kacang hijau dan air mineral.
"Aku nggak bawa uang saku lebih, Dea." kata Nancy.
"Ya sudah, kalau begitu mulai sekarang kamu harus mengajariku pelajaran matematika. Imbalannya kamu boleh masuk ke geng kita. Gimana? Deal?"
Nancy hampir tersedak. Hingga sedikit batuk."Geng Dea? Nggak salah nih? Padahal selama ini mereka tak pernah menganggap aku ada. Mungkinkah karena badanku yang kecil, jadi tak dianggap. Ah, sebodo amat. Aku suka banget masuk di geng mereka. Geng paling ngetop di sekolah," batin Nancy.
Nancy mengangguk mengiyakan tawaran Dea. Ada perasaan sedikit bangga, bahwa ia bisa masuk Geng Dea.
***
"Bawain tasku, dong," kata Dea.
"Siap," sahut Nancy. Lalu dengan tergopoh-gopoh Nancy membawakan tas Dea yang beratnya hampir lima kilo. Isinya buku semua. Dea tak pernah hapal jadual pelajaran. Buku yang ada di rak meja dimasukkan ke tas. Dan sekarang sedang dibawa oleh Nancy.Â
"Tasmu berat, Dea." kata Nancy. Tapi Dea tak bereaksi.
Entah mengapa tiba-tiba tas terjatuh mengenai kaki Dea.
"Aduuuh....! Kamu sengaja ya Nan? Kakiku sakit,"
Sungguh bukan Nancy pelakunya. Ia dan Dea berjarak satu meter. Dan tas yang dibawanya tidak berada tepat di atas kaki Dea. Nancy hanya terbengong melihat wajah Dea kesakitan.
"Maafkan aku, beneran aku nggak sengaja,"
"Ya sudah, mana tasku. Aku bawa sendiri aja," kata Dea ketus. Kapok ia menyuruh Nancy membawakan tasnya. Badan ringkih Nancy membuatnya jadi mikir, takut jika Nancy kenapa-napa. Malah dia yang disalahkan. Ternyata Dea takut pada bu Hesti yang galak itu.Â
***
SMA Ksatria 01. Lapangan. Saatnya study tour. Ada tiga bus terparkir. Bus 01, 02 dan 03. Nancy masuk bus 02. Ada saatnya bu Hesti sangat baik hati. Nancy, Ahma, Dea dan teman lainnya, di jaga sedemikian rupa, termasuk asupan makanan, sangat diperhatikan olehnya. Hinggastudy tour berjalan sangat menyenangkan. Dan memang, bagi bu Hesti ada waktunya tegas, juga waktunya berbaik hati. Yang jelas, bu Hesti sangat menyayangi murid-muridnya, berharap ilmu yang ditularkan bisa membawa bekal untuk masa depan muridnya.
Ahma lebih dekat dengan Nancy selama study tour, karena mereka berada dalam satu bus yang sama. Itu membuat Dea iri. Ia tak bisa menyuruh-nyuruh Nancy, orang yang paling loyal padanya selama ini. Bete jadinya.
Saat ada kesempatan bersama, Dea langsung berkata kepada Nancy. Lebih tepatnya berteriak, "Kamu kupecat jadi anggota geng, mulai dari sekarang!" seru Dea. Diamini oleh anggota lainnya. Wajah Nancy menjadi pasi. Dengan nada polos ia bertanya pada Dea, "Aku salah apa, Dea?"
Lalu tiba-tiba datang angin cukup kencang hingga menjatuhkan ranting pohon tepat di atas Dea, kemudian jatuh mengenai kepalanya. Dea mengaduh, kemudian berlalu dari Nancy, diikuti oleh anggota geng lainnya. Sepanjang ia berjalan, Dea marah-marah terus sambil menggerutu.
Ahma melihat dari kejauhan. Ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri. Sekelebat bayangan hijau keluar dari tubuh Nancy mematahkan ranting pohon!
***
Semarang, 9 Oktober 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H