"Cieee yang bisa mengerjakan soalnya bu Hesti. Traktir kita-kita dong!" kata Dea, temannya yang paling tambun. Wajah Nancy hanya memerah. Ia tidak bawa uang saku lebih. Hanya cukup untuk satu mangkok kacang hijau dan air mineral.
"Aku nggak bawa uang saku lebih, Dea." kata Nancy.
"Ya sudah, kalau begitu mulai sekarang kamu harus mengajariku pelajaran matematika. Imbalannya kamu boleh masuk ke geng kita. Gimana? Deal?"
Nancy hampir tersedak. Hingga sedikit batuk."Geng Dea? Nggak salah nih? Padahal selama ini mereka tak pernah menganggap aku ada. Mungkinkah karena badanku yang kecil, jadi tak dianggap. Ah, sebodo amat. Aku suka banget masuk di geng mereka. Geng paling ngetop di sekolah," batin Nancy.
Nancy mengangguk mengiyakan tawaran Dea. Ada perasaan sedikit bangga, bahwa ia bisa masuk Geng Dea.
***
"Bawain tasku, dong," kata Dea.
"Siap," sahut Nancy. Lalu dengan tergopoh-gopoh Nancy membawakan tas Dea yang beratnya hampir lima kilo. Isinya buku semua. Dea tak pernah hapal jadual pelajaran. Buku yang ada di rak meja dimasukkan ke tas. Dan sekarang sedang dibawa oleh Nancy.Â
"Tasmu berat, Dea." kata Nancy. Tapi Dea tak bereaksi.
Entah mengapa tiba-tiba tas terjatuh mengenai kaki Dea.
"Aduuuh....! Kamu sengaja ya Nan? Kakiku sakit,"