hari ini, tahun ketiga lebih satu minggu, aroma telepatimu nyaris sirna,Â
dermaga masih sunyi, meski telah kusandarkan kapal sejak tadi.Â
Bima, bolehkah aku tak setia?
Saat sore menjelang, ia pulang ketika matahari mulai ke barat. Beruntunglah ia, masih bisa menemui terang, yang sebentar kemudian menjadi gelap. Senja berangsur datang. Lalu seperti biasa ia akan singgah sejenak ke taman kota yang hanya berjarak dua gedung dari tempatnya bekerja. Duduk di taman kota, menarik nafas panjang. Pikirannya rileks. Ia bisa sejenak melupakan kekasihnya, Bima.Â
***
Taman Kota
Saat sore menjelang, senja akan segera datang. Taman kota selalu ramai. Lalu lalang orang datang dan pergi. Ingin menikmati senja. Beberapa orang duduk berdampingan dengan kekasihnya. Alangkah senangnya. Atau anak-anak berlarian, sedang bundanya meneriaki mereka agar berhati-hati. Semua berharap bahagia. Taman kota telah memberi mereka kebahagian.
Tak terkecuali Bima. Di sampingnya telah ada Bening. Gadis sederhana yang mampu meraih hatinya. Mampu mengalahkan angannya akan Dru, yang hingga kini tak bisa ia temukan. Meski ia telah berusaha untuk itu. Bening telah mengisi hari-harinya. Ia bahagia. Mereka menikmati senja di taman kota.
Sementara itu. Dru bertemu Damuh. Kegigihan Damuh untuk meluluhkan hati Dru, akhirnya berbuah manis. Dru menerima cinta Damuh. Mereka menjadi sepasang kekasih. Damuh yang sabar dan baik hati, mampu melupakan Bima di hati Dru. Senja yang indah, menjadi hari yang membahagiakan buat mereka. Duduk berdua di taman kota, menjadi hal yang menyenangkan.
***
"Dru?"