Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menunggu Jejak Aroma Telepati

6 Oktober 2017   20:26 Diperbarui: 6 Oktober 2017   20:52 1830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

namun entah dimana dirimu, hingga aku tak bisa mencium aroma telepatimu

Saat sore telah menjelang, ia segera membereskan semua buku-buku untuk kembali ke tempat semula. Kadang-kadang pengunjung lupa untuk meletakkan kembali. Ketika buku-buku telah rapi, ia pulang. Matahari telah lengser ke barat. Kemudian petang. Jarang sekali ia menemui siang yang terik, karena saat ia keluar ruangan, hari telah beranjak petang.

Ia pulang melewati sebuah taman kota yang berdekatan dengan perpustakaan. Biasanya, ia akan berhenti sejenak untuk menarik nafas. Kemudian menikmati keindahan lampu-lampu taman yang mulai menyala. Duduk di kursi taman kota membuatnya sedikit rileks. Lalu segera ia pulang ke apartemennya dengan berjalan kaki. Hanya limabelas menit berjalan. Sangat dekat dengan tempat ia bekerja.

***

Beludru Naura

Ia tak mengerti, saat terakhir kekasihnya hanya bilang, "Aku pergi untuk kembali Dru, tunggu aku, meski tak nampak di pelupuk matamu. Aku ada, Dru, meski berupa bayangan dan aroma telepatiku." 

Sekian waktu berlalu, saat ia mencoba bersetia, bayangannya memudar, aroma telepati yang dikirim oleh kekasihnya mulai menipis, tak lagi bisa tertembus, walau dengan kekuatan tujuh belas kali lipat dari yang ia punya. Bagi Dru, kisah cintanya ini adalah sebuah paragraf utama, karena setia yang dimiliki tak mampu memudar. Entah mengapa, ia begitu mempercayai kata-kata kekasihnya, bahwa mereka akan bertemu kembali setelah tiga tahun berlalu. "Dru, percayalah, setialah padaku,"

Ia bekerja sebagai penjaga toko counter handphone. Sejak pagi ia telah berada di toko, melayani pembeli. Beberapa pembeli bersikap baik padanya. Tetapi tak jarang ada yang ketus dan galak. Ia selalu sabar dan memberikan layanan yang terbaik untuk mereka. Pantas saja jika disayang oleh bos dan sering mendapat reward tambahan. 

Sesekali saat toko sepi, ia menuliskan sesuatu di bukunya. Kerinduan pada kekasihnya, nyaris tak bisa ia bendung. Ia merasa patah hati, meski masih berharap lebih.

sedang aroma telepati itu semakin memudar bagai kabut terpendar oleh panas bumi,

samar meski kadang hanya muncul dalam mimpi yang sempurna ~meskipun tidak~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun