Dan selalu, kamu, meski hanya bayangan wajahmu, hadir di sewaktuku minum kopi, pada secangkir kopiku, pada seduhan kopiku, lalu kuteguk pelan, kunikmati setiap tetes manisnya. Nikmat! Hingga tak terasa ada sapaan mengagetkanku.
"Fa, kau masih suka kopi?" terbengong aku hingga hampir tersedak dan batuk.
"Kamu....?" senyum itu mengembang, dari wajahmu.
"Maafkan aku Fa, mengagetkan mu. Boleh, aku juga menginginkan secangkir kopi sepertimu."
Hening tiba-tiba melanda dahsyat dan secangkir kopiku ini memang masih hangat, manis, legit, seperti kamu.
"Hei, kok malah ngelamun?"
"Eh, iya, tentu saja boleh, silakan," kataku sambil menyodorkan secangkir kopi untukmu.
"Fa, mengapa kamu masih suka kikuk sih, biasa saja dong."
"Iya..."
"Aku suka kamu!" Seketika pipiku memerah.
"Fian, kamu...?"