"Yang bener? Hayo, kakak nggak biasanya pakai rahasia sama Bunda,"
"Iya deh, Bun. Sebenarnya, ada teman kakak yang bikin bete. Udah gitu, suka bikin gaduh lagi. Kakak nggak suka. Enak juga di rumah, ada Bunda yang baik hatinya, " kata Kakak sambil manyun.
"Loh, nggak boleh begitu. Kakak kan sudah besar, harus sudah bisa adaptasi. Nggak ada lagi sebel-sebelan, apalagi bete. Coba deh, lama-lama Kakak nanti tahu, mana yang baik dan mana yang tidak. Kakak harus belajar menghadapi dunia luar."
Kakak manggut-manggut. Sebenarnya hatinya masih sebel. Tapi ia nurut sama kata Bunda. Ia percaya, Bunda benar adanya.
"Kakak kan bisa whatsapp Bunda kalau ada masalah," kata Bunda sambil mengelus kepala Kakak. Sedang Kakak hanya tersenyum lebar.
"Ya sudah, sana Kakak mandi."
"Siap, Bun!" Kakak segera berangkat ke kamar mandi.
Hem, Bunda lega. Bagaimanapun, walau Kakak sudah besar, masih tetap membutuhkan bimbingan. Beruntung sekali, kakak dan adik sangat penurut dan baik. Tentu saja harapannya, mereka kelak bisa menjadi orang sukses.
Kemudian, Bunda membuka buku sedikit tebal, yang disimpannya dalam laci meja di kamar. Dituliskan sesuatu. Dan itu untuk Kakak.
Â
*Metamorfosis*