Kamu tahu, cinta itu egois. Ingin menguasai semua yang ada di dirimu dan diriku. Memperindah segala hal yang terkait dirimu dan diriku.
Kamu tahu, kamu dikuasai cinta, begitu pula cinta menguasaiku. Cinta menguasai kita.
Bila sudah begitu, cinta menjadi segala buatmu dan buatku.
***
"Kamu siap bersentuhan dengan cinta?" tanyaku.
"Mengapa?"
"Karena dengan itu, kita akan membuat dunia penuh cinta, hanya ada aku dan kamu!"
"Lalu?"
"Tak ada lalu, hanya ada cinta!"
"Oh, "
"Juga tak ada oh, cinta telah membelenggumu!"
Hening.
***
Aku hanya jatuh cinta padamu. Bagaimana mungkin kamu menyuruhku untuk berpaling darimu. Itu tak mungkin dan merupakan sesuatu hal yang sangat berat bagiku. Aku tak pernah memintamu lebih, bahkan aku tak pernah memintamu untuk menjadi kekasihku. Aku hanya ingin kamu tahu, bahwa aku hanya jatuh cinta padamu. Itu saja.
Lalu ketika kamu mengatakan bahwa tak mungkin cinta itu terajut, bahkan aku bisa memakluminya. Ya, ya. Baiklah, awalnya memang sempat membuatku nyeri di ulu hati, tapi selebihnya, setelah itu aku bisa memakluminya, meski dengan hati yang tergores cukup dalam dan terasa sakit. Aku mengerti, bahkan sangat mengerti, saat kamu menunjuk salah seorang perempuan di dekatmu, dan kamu mengatakan, bahwa dia kekasihmu.
Cemburu? Tentu saja aku cemburu. Tapi aku bisa memakluminya. Aku mencemburuinya karena mengapa bukan aku yang menjadi kekasihmu dan mengapa harus dia. Aku memaklumi pilihanmu dan memang, kuakui dia lebih cantik dariku.
"Jadi?"
"Jadi apa?"
"Kamu harus memberiku keputusan, "
"Keputusan apa?"
"Kamu harus menjauh dariku."
Seketika wajahku pias.
Begitukah? Aku harus menjauh darimu? Aku teringat kata-katamu, bahwa aku tak cukup memberimu ruang untuk bernafas, aku terlalu mendesakmu. Bahkan setiap hari aku mengetahui jadwal yang akan kamu lakukan. Kemana dan akan kemana.
Ah, entahlah, apakah aku bisa menuruti apa yang kamu mau atau tidak. Menjauh darimu, adalah sebuah kenyataan yang menurutku sangat sulit. Tapi baiklah, aku akan menjauh darimu, demi rasa cintaku padamu dan memberimu cukup ruang untuk dirimu sendiri.
Dan sejujurnya aku sangat ingin marah saat kamu mengatakan bahwa cintaku padamu hanya sesuatu yang sementara dan tak langgeng, tapi aku tak pernah bisa marah karena memang cinta itu hanya bertemu angin dan menemui suatu ruang kosong. Tak ada suatu apapun, tak ada siapapun dan tak ada kamu.
Cinta yang aku punya, cinta untuk mencintaimu. Bukan sebaliknya.
Barangkali boleh dikatakan bahwa aku adalah seseorang yang sangat bodoh, yang berani untuk jatuh cinta padamu meskipun kamu tidak. Jika kemudian aku bertahan untuk tetap menjatuhkan pilihanku padamu, itu karena aku tak bisa melupakan kamu untuk digantikan dengan yang lain. Dalam setiap hari yang ada dalam pikiranku adalah dirimu. Entah mengapa aku tak pernah lelah ketika aku harus merapatkan diriku dalam kehidupanmu. Tapi, yang seharusnya aku lakukan sekarang, harus menjauh darimu.
Sungguh, ini adalah suatu kesedihan yang semoga kamu tak merasakan dan hanya aku saja. Sebab bagaimanapun aku pernah menjadi bagian dari hidupmu, sebagai sahabatmu, karena seringnya dirimu menemaniku minum kopi pagi hari. Jika saja tak ada dia dan kamu tak tertarik padanya, mungkin kamu juga akan jatuh cinta padaku. Tapi itu mungkin saja, atau mungkin saja tidak, karena aku mengerti apa isi hatimu, tak ada cinta untukku.
Hei, aku pernah mengatakan itu padamu bukan? Bahwa aku tertarik padamu dan aku jatuh cinta padamu?
Aduh, apa? Tak pernah? Apakah selama ini tak cukup bagimu, untuk bisa tahu bahwa aku jatuh cinta padamu? Dengan melihat bahasa tubuhku dan isyarat mataku selama ini?
Aku rasa kamu tak mengerti! Aku rasa juga, kamu tak pernah tahu isi hatiku. Aku rasa, aku tak pernah mengungkapkan ini padamu, meski dengan satu kata. Tak pernah! Rasa itu hanya aku pendam sendiri dan berlalu begitu saja. Kamu juga tak pernah tahu, karena kamu tak mengenalku. Kamu hanya ada dibalik layar kaca, sembari berbicara, "... dan pemirsa, kita ikuti berita selanjutnya, berita dari mancanegara, Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengadakan kunjungan ke... bla..bla..bla...". Dengan suara berat dan merdu, juga gaya cool dan kasual.
Hei, dikau Prabuuuu...!
***
Riiiing... Handphoneku berdering. Ups! Dari kekasihku. Maaf, aku harus mengangkatnya.
"Iya, mas, tunggu, sebentar lagi aku akan menyusulmu, kita makan siang bersama, kan?"
"____________."
=0○0=
❤❤❤
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H