Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hanya Cinta

6 Januari 2017   14:13 Diperbarui: 6 Januari 2017   14:16 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitukah? Aku harus menjauh darimu? Aku teringat kata-katamu, bahwa aku tak cukup memberimu ruang untuk bernafas, aku terlalu mendesakmu. Bahkan setiap hari aku mengetahui jadwal yang akan kamu lakukan. Kemana dan akan kemana.

Ah, entahlah, apakah aku bisa menuruti apa yang kamu mau atau tidak. Menjauh darimu, adalah sebuah kenyataan yang menurutku sangat sulit. Tapi baiklah, aku akan menjauh darimu, demi rasa cintaku padamu dan memberimu cukup ruang untuk dirimu sendiri. 

Dan sejujurnya aku sangat ingin marah saat kamu mengatakan bahwa cintaku padamu hanya sesuatu yang sementara dan tak langgeng, tapi aku tak pernah bisa marah karena memang cinta itu hanya bertemu angin dan menemui suatu ruang kosong. Tak ada suatu apapun, tak ada siapapun dan tak ada kamu.

Cinta yang aku punya, cinta untuk mencintaimu. Bukan sebaliknya.

Barangkali boleh dikatakan bahwa aku adalah seseorang yang sangat bodoh, yang berani untuk jatuh cinta padamu meskipun kamu tidak. Jika kemudian aku bertahan untuk tetap menjatuhkan pilihanku padamu, itu karena aku tak bisa melupakan kamu untuk digantikan dengan yang lain. Dalam setiap hari yang ada dalam pikiranku adalah dirimu. Entah mengapa aku tak pernah lelah ketika aku harus merapatkan diriku dalam kehidupanmu. Tapi, yang seharusnya aku lakukan sekarang, harus menjauh darimu.

Sungguh, ini adalah suatu kesedihan yang semoga kamu tak merasakan dan hanya aku saja. Sebab bagaimanapun aku pernah menjadi bagian dari hidupmu, sebagai sahabatmu, karena seringnya dirimu menemaniku minum kopi pagi hari. Jika saja tak ada dia dan kamu tak tertarik padanya, mungkin kamu juga akan jatuh cinta padaku. Tapi itu mungkin saja, atau mungkin saja tidak, karena aku mengerti apa isi hatimu, tak ada cinta untukku.

Hei, aku pernah mengatakan itu padamu bukan? Bahwa aku tertarik padamu dan aku jatuh cinta padamu? 

Aduh, apa? Tak pernah? Apakah selama ini tak cukup bagimu, untuk bisa tahu bahwa aku jatuh cinta padamu? Dengan melihat bahasa tubuhku dan isyarat mataku selama ini?

Aku rasa kamu tak mengerti! Aku rasa juga, kamu tak pernah tahu isi hatiku. Aku rasa, aku tak pernah mengungkapkan ini padamu, meski dengan satu kata. Tak pernah! Rasa itu hanya aku pendam sendiri dan berlalu begitu saja. Kamu juga tak pernah tahu, karena kamu tak mengenalku. Kamu hanya ada dibalik layar kaca, sembari berbicara, "... dan pemirsa, kita ikuti berita selanjutnya, berita dari mancanegara, Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengadakan kunjungan ke... bla..bla..bla...". Dengan suara berat dan merdu, juga gaya cool dan kasual. 

Hei, dikau Prabuuuu...!

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun