Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cinta, Tak Tahu Kemana Arah Tujunya

5 September 2016   12:59 Diperbarui: 29 Juni 2017   23:58 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://weheartit.com/entry/25896694

"Bella, kamu tak berubah. Masih tetap seperti dulu. Hanya tampak sedikit dewasa dan anggun. Bagaimana kabarmu?"

"Kabarku baik, dan beginilah aku. Bagaimana juga kabarmu?"

"Kabarku baik dan beginilah aku." Tom tersenyum.

"Oya, kenalkan, ini Vina," sambungnya sambil menggamit anak perempuan kecil rambut ikal tadi. Matanya bening.

Deg! Jadi? Tenggorokanku seperti tercekat. “Inikah firasatku selama ini yang mengatakan ada sesuatu tentang dirimu saat aku jauh, Tom? Vina? Anakmu? Oh, Tom, jauh-jauh aku pulang, hanya satu keinginan. Bertemu denganmu, dan melanjutkan kisah kita untuk berbagi suka selamanya. Inikah? Apakah harus berakhir?” seruku dalam hati. Aku terdiam, tak satu patah katapun keluar dari mulutku. Hingga kita berada di mobil.

"Bella, kenapa diam? Aku merindukanmu. Kamu juga merindukanku bukan? Aku melihatnya dari sorot matamu yang bening itu."

Aku hanya diam. “Tom, kamu berpura-pura, sedangkan ketika kita berada di mobil, Vina berada di pangkuanmu, sambil menyetir, tampak sangat kebapakan," seruku dalam hati.

“Bella, kita mampir ke rumahku dulu ya, aku harus mengembalikan Vina pada ibunya. Kalau tidak, dia bakalan rewel.”

Aku tak memprotesnya. Aku hanya mengangguk dengan segala rasa penuh amarah yang berkecamuk dalam dada. Tom, kamu berubah. Kamu tak setia.

“Tom, aku pulang naik taksi saja.”

“Loh, jangan, aku akan mengantarmu sampai rumah. Pasti papa mamamu juga udah bingung menunggumu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun