Bunda mengingat semuanya. Memang pada saat itu, ketika anak-anaknya masih kecil, betapa repotnya mengasuh mereka. Tapi ia berkeras untuk mengasuh dengan tangannya sendiri. Tanpa bantuan pengasuh. Ia ingin mengetahui seluruh perkembangan anak-anaknya dalam tiap detiknya.Â
Pukul 06.30 WIB. Bunda masih terbayang nostalgia, saat anak-anak masih kecil.
"Bun, ngelamunin apa sih? Hayooo... ngelamunin sang mantan ya?"Â
"Yee.. fitnah ni Ayah. Bunda kan lagi ngebayangin anak-anak waktu kecil. Sekarang mereka sudah besar. Sudah bisa mandiri dan nggak rewel. Seneng rasanya. Meskipun sama saja, mereka kadang suka ribut mulu. Tapi itulah seninya." kata Bunda. Ayah tersenyum. Ia memandang wajah istrinya yang telah dinikahinya selama belasan tahun tanpa berkedip, hingga Bunda menjadi jengah. Heemm...
"Apaan ih, Ayah!"Â
"Ngomong-ngomong ya Bun. Ayah kan masuk kerja setengah delapan, sekarang baru pukul setengah tujuh. Ayah masih punya waktu satu jam. Enaknya ngapain ya?"
"Ayah kan bisa baca koran,"
"Baca koran kan cukup lima menit, lalu setelahnya?"
"Ayah kan bisa beres-beres kendaraan sebelum pergi, biar aman."
"Kalau itu kan bisa nanti, ayah nanya untuk yang sekarang," kata Ayah sambil mengerdipkan mata. Ini nih, Bunda mulai curiga.Â
Bunda langsung lari ke dapur, sambil menjawab, "Terserah ayaaah mau ngapaiiin.... Bunda mau cuci piriiing...!"